Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Jumat 3 November 2023 : Mengamat-amati Dia

Orang merasa diri sombong dan menganggap orang lain lebih rendah biasanya bertingkah laku tidak baik hanya untuk mencari kesalahan orang lain

Editor: Edi Hayong
DOK. POS-KUPANG.COM
RENUNGAN -Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul : Mengamat-amati Dia. 

POS-KUPANG.COM- Renungan Harian Katolik berikut ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD dengan judul : Mengamat-amati Dia.

Untuk Hari Jumat Biasa XXX Bruder Pio Hayon SVD menulis renungannya merujuk pada  Bacaan I: Rom. 9: 1-9 dan Injil : Luk. 14: 1-6

Berikut ini teks lengkap renungan yang ditulis oleh Bruder Pio Hayon SVD hari ini.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Salam damai sejahtera untuk kita semua. Tindakan untuk mengamat-amati atau memperhatikan orang lain untuk kemudian mencari-cari kesalahan atau dosa yang diperbuat oleh orang itu adalah sebuah tindakan kemunafikan.

Orang merasa diri sombong dan menganggap orang lain lebih rendah biasanya bertingkah laku tidak baik hanya untuk mencari kesalahan orang lain dengan mengamati semua gerak dan tindakan serta kata-kata yang disampaikan agar mereka dapat menemukan kesalahan sekecil apapun akan bisa menjadi bahan untuk menjatuhkan orang lain.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 2 November 2023 : Kupinta Tuhan, Semoga Mereka Bahagia di Surga

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 2 November 2023, "Tiga Cara Melihat Masa Depan Secara Positif"

Apalagi kalau orang yang diamati memiliki daya tarik sendiri karena memiliki banyak talenta yang baik dan kemampuan yang luar biasa dalam dirinya. Maka hal ini bisa menjadi pemicu terjadinya konflik karena dianggap menjadi saingan.

Saudari/a yang terkasih dalam Kristus

Inspirasi hari ini kita temukan dalam bacaan suci yang berfokus pada belaskasihan Allah bagi manusia secara khusus kepada orang-orang yang kecil, pinggiran, sakit dan menderita. Yesus dalam injil hari ini masih berkutat dengan orang-orang Farisi dan ahli Taurat.

Kisah ini dimulai dari Yesus yang sedang mengajar pada hari Sabat dan mengunjungi rumah salah seorang pemimpin orang-orang Farisi untuk makan di situ. Dalam tradisi Yahudi, seorang Guru atau Nabi cukup dihormati karena biasa mengajarkan Taurat kepada orang banyak.

Dan Yesus sudah dianggap sebagai seorang Guru atau Nabi dengan para pengikut atau murid-muridNya. Maka dihormati dengan cara diundang untuk makan di rumah para pemimpin orang Farisi atau ahli Taurat.

Orang yang bisa makan di rumah seorang pimpinan orang Farisi atau pemimpin ahli Taurat atau para imam adalah orang-orang terkemuka atau yang sederajat dengan mereka yang dianggap sebagai pemimpin seperti nabi atau guru (Rabuni).

Untuk kalangan rakyat biasa pasti tidak akan pernah terjadi karena dianggap kelas rendah dalam masyarakat. Maka ketika Yesus diundang ke rumah salah satu pemimpin orang Farisi, banyak orang mengamat-amati Yesus dengan seksama.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Kamis 2 November 2023, "Habeat Vitam Aeternam: Hidup yang Kekal"

Konteks mengamat-amati dengan seksama di sini adalah mereka hendak mencari-cari apa yang dilakukan Yesus sejak Dia tiba dan selama berada bersama-sama dengan mereka.

Sudah hampir pasti, yang akan datang bersama-sama makan adalah juga orang-orang Farisi dan bukan masyarakat pada umumnya. Maka yang mengamat-amati Yesus secara saksama adalah juga orang Farisi yang datang juga ke rumah pimpinan mereka.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved