Berita NTT
Kunjungi Politeknik Negeri Kupang, Dirjen Vokasi Beri Arahan bagi Civitas Akademika
Di sisi lain Kiki Yuliati menyebut berapa pun anggaran yang disiapkan tidak akan mampu memberikan investasi teknologi bagi pendidikan vokasi khususnya
Penulis: Irfan Hoi | Editor: Oby Lewanmeru
Alasannya karena tidak ada kelonggaran fiskal untuk menyokong sektor itu. Bahkan di negara maju sekalipun tidak memiliki peralatan secanggih perindustrian. Selain mahal, mesin di industri perubahannya sangat cepat.
Bagian ini menyulitkan negara membantu kampus mengupdate peralatan di laboratorium. Padahal di kampus, hanya digunakan sebagai bahan atau media pembelajaran.
"Dengan pemikiran ini, pendidikan tidak boleh semu, harus serius, harus benar. Lalu negara tidak memungkinkan untuk investasi terus-terusan," ujarnya.
Jalan keluar mengurai persoalan seperti ini adalah menggandeng dunia usaha untuk mengajar mahasiswa. Sebaiknya mahasiswa dikirim ke industri agar belajar langsung dan lebih dekat.
Baca juga: 511 Wisudawan Politeknik Negeri Kupang Jawab Kebutuhan Dunia Usaha
Pemikiran ini juga yang mewujudkan adanya MKBM yang bercermin dari cendekia. Filosofi cendekia, kata dia, selalu mengatakan ia ada di situ, karena sebelumnya ada cendekia lainnya.
Kerendahan hati dari seorang cendekia juga yang melatari Kemendikbud Ristek untuk mengajak semua penyelenggara pendidikan agar rendah hati, mengajak dunia usaha maupun masyarakat agar ikut membantu mengajar para mahasiswa.
Dr. Kiki Yuliati juga mendorong agar mahasiswa tidak hanya diajarkan tentang disiplin ilmu tertentu. Kemendikbud Ristek telah memberi ruang bagi mahasiswa maksimal selama tiga semester menggeluti keilmuan, selain ilmu yang menjadi fondasinya.
Dengan mahasiswa yang memiliki kecakapan dari berbagai bidang ini, paling tidak pekerjaan yang dilakoni kemudian hari bisa diselesaikan hanya seorang diri.
Baca juga: P3M PNK Gelar Workshop Penulisan Artikel Publikasi Jurnal Internasional Bereputasi
"Ini latar belakang keluarnya MKBM. Harus ubah kurikulum, enggak. Kalau bapak ibu yakini kurikulum bapak ibu akan relevan empat tahun lagi," katanya.
Namun begitu, dia mengingatkan agar dosen tetap harus mengupdate kurikulum yang ada, melihat relevansi perkembangan zaman.
Dia mencotohkan perkembangan layanan jual beli online tanpa harus bertemu antar penjual dan pembeli. Perubahan ini, baginya, perlu juga dilakukan pada dunia pendidikan.
"Hal prinsipnya tetap kita pegang. Ibaratnya kopinya kita pegang, tapi mau pakai susu, gula aren, itu terserah mahasiswa," sebutnya.
Selain itu, kampus juga harus menjadi inspirasi bagi mahasiswa. Jika mahasiswa mampu mengerjakan sesuatu dengan kreativitas, maka itu merupakan keberhasilan dari kampus. Dosen harus mampu membuat dan menemukan cara lebih baik untuk mahasiswa.
Baca juga: Politeknik Negeri Kupang Luncurkan Aplikasi Lalepak Mobile
Dr. Kiki Yuliati mengatakan, dalam Permen 53 Tahun 2023, telah diatur mengenai penyelenggaraan pendidikan semacam ini.
Tapi, dia menyarankan agar kampus bisa menyesuaikan terlebih dahulu di pasal awal berdasarkan Tri Dharma Perguruan Tinggi sebelum menerapkannya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.