Berita Ngada

Gunung Inelika di Ngada dan Bahaya Tak Tak Kasat Mata

terkuak problem yang selama ini tidak disadari sungguh, yakni gas beracun yang dikeluarkan oleh Gunung Inelika.

Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/ POS PEMANTAUAN GUNUNG INELIKA
GUNUNG - Gunung Inelika, 4 Oktober 2023.  

Merujuk pemberitaan Pos Kupang, Ugan Saing mengatakan, pada 2020 pernah terjadi tiga orang meninggal dunia akibat menghirup gas berbahaya yang keluar dari Gunung Inelika.

Menanggapi penjelasan Ugan Saing, Bupati NgadaAndreas Paru dalam kesempatan itu mengatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Ngada telah membentuk Satgas, merespon naiknya status Gunung Inelika menjadi waspada.

Namun dia meminta agar pihak PVMBG berkoordinasi dengan Pemkab Ngada melakukan pemetaan lokasi rekahan sehingga langkah mitigasi tepat sasaran.

Bupati Andreas juga meminta para camat dan kepala desa yang hadir untuk memberikan edukasi kepada masyarakat maupun pengunjung agar tidak mendekat ke sekitar Gunung Inelika, apalagi yang dekat dengan lokasi rekahan.

Sementara itu, Dandim 1625 Ngada, Letkol Deni Wahyu Setiawan, mengatakan pemaparan oleh pihak PVMBG sangat membantu dalam menentukan langkah konkrit apa yang mesti dilakukan untuk masyarakat di sekitar Gunung Inielika.

Menurutnya, Kodim 1625 Ngada juga siap membantu dengan menerjunkan personilnya ke masyarakat memberi edukasi, melaporkan perkembangan di masyarakat dan menemani petugas di Pos Pemantauan Gunung Inelika.

Dia menegaskan masyarakat tidak boleh panik berlebihan dengan segala informasi liar.

"Kita tetap waspada. Yang penting kita tau apa bahaya dan apa yang harus kita lakukan," ujar Letkol Deni.

Baca juga: Bianka Langa Pilot Paralayang Asal Ngada, Jhoni Bunyu Sebut Terbaik

Salah satu hal konkrit yang perlu dilakukan menurut Letkol Deni adalah membuat Penanda area rekahan atau zona lemah yang mudah ditembusi gas dan warga - pengunjung juga perlu diberitahu agar tidak mendekati lokasi tersebut.

Sejarah Erupsi dan Karakteristik Gunung Inelika

Kris, rekan Ugan Saing menerangkan, Inelika pertama kali erupsi pada 1905. "Letusan eksplosif yang terjadi berlangsung selama 5 jam.

"Bersifat semi magmatik, dengan material vulkanik yang dikeluarkan melanda daerah timur laut, seluas 106.800 m2," jelasnya.

Erupsi kedua terjadi pada 1921. Letusan abu tipis yang terjadi tanggal 1, 3 dan 4 Januari. Abu jatuh di Larantuka dan di P. Lomblen.

Letusan abu juga terjadi pada 20 Desember dengan disertai lontaran batu. Abu sampai mencapai jarak 12 km. Diduga kegiatan tahun tersebut berhubungan dengan pembentukan kubah lava yang terdapat di dalam kawah B.

Erupsi ketiga terjadi pada 1935. Tidak dirinci dengan jelas letusan pada tahun ini. Dilaporkan asap tebal keluar secara berkala setiap 5 menit dari kawah B yang disertai suara gemuruh.

Dan, Erupsi terjadi pada 2001, 11 Januari 2001 pukul 19.15. Abu letusan tertiup angin ke arah selatan hingga kota Bajawa yang berjarak 8 km dari pusat letusan, dengan ketebalan 0,5 mm. Letusan abu ini berlangsung hingga 16 Januari 2001 dengan semburan abu berkisar antara 100 - 1000 m di atas bibir kawah. (orc)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLEM NEWS

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved