NTT Memilih

Pemilu 2024, KPU NTT Luncurkan Gerakan Ramah Disabilitas

Thomas juga menyampaikan, gerakan itu melibatkan seluruh desa atau kelurahan di bawah monitoring KPU.

POS-KUPANG.COM/EKLESIA MEI
PELUNCURAN- Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) NTT, Thomas Dohu bersama Komisioner lainnya resmi meluncurkan gerakan ramah disabilitas di Aula Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kota Raja, Rabu 4 Oktober 2023. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eklesia Mei

POS-KUPANG.COM, KUPANG- Dalam rangka menyongsong Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, Komisi Pemilihan Umum (KPU) NTT meluncurkan gerakan ramah disabilitas.

Kegiatan ini berlangsung di Aula Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kota Raja, Rabu 4 Oktober 2023.

Dalam kesempatan ini, Ketua KPU NTT, Thomas Dohu menyampaikan
Peluncuran gerakan ramah disabilitas dilakukan untuk menyongsong suksesnya pemilu pada 14 Februari 2024.

"Hari ini kita bersama-sama menyatukan komitmen, menyatukan tekat kita untuk ramah dalam hal pelayanan, ramah komunikasi, ramah juga mengajak pemilih disabilitas ke TPS pada 14 Februari nanti," kata Thomas.

Baca juga: KPU NTT Ikuti Wacana Pilkada yang Dimajukan

Thomas menyebutkan, KPU telah melakukan proses pendataan pemilih yang telah dilakukan oleh petugas KPU yang dalam pelaksanaannya menemui dan mendatakan pemilih, yang di dalamnya terdapat 46.561 pemilih disabilitas dengan jenis disabilitas yang berbeda.

"Dalam rangka gerakan ramah disabilitas ini, petugas kami yaitu panitia pemungutan suara (PPS) di tingkat desa atau kelurahan akan datang menemui pemilih. Yang mana mereka akan datangi rumah dan temui pemilih disabilitas untuk menyampaikan seperti apa pemilu kita," ungkapnya.

Thomas pun mengajak pemilih untuk mengecek data diri dan memastikan terdaftar di TPS mana.

"TPS kami mengetahui jenis disabilitas yang disandang pemilih, sehingga pada 14 Februari nanti akan dilayani sesuai dengan kebutuhan disabilitas yang dimaksud," kata Thomas.

Baca juga: KPU NTT Terima 17 Tanggapan Publik, Semua Terkait DCS Caleg Partai NasDem

"Kita pastikan pemilih yang kita layani terutama pemilih disabilitas mengetahui tata cara pemilunya, sadar akan hak dan kewajibannya dan datang memilih pada 14 Februari 2024 mendatang," tambahnya.

Thomas juga menyampaikan, gerakan itu melibatkan seluruh desa atau kelurahan di bawah monitoring KPU.

"Ini penting kita lakukan agar petugas kami yang akan menemui pemilih memiliki bekal yang cukup dan prosesnya dapat berjalan lancar dan sukses," ujarnya.

"Selain itu, penggunaan hak pilih dapat kita lakukan dan persentase penggunaan hak pilih dapat sesuai target nasional yaitu 77 persen," tambahnya.

Baca juga: KPU NTT Umumkan 996 Bacaleg DPRD Masuk Daftar Calon Sementara

Sementraa itu, Kepala SLB Negeri Kota Raja, Ediardus Wahon menyampaikan apresiasi kepada KPU NTT yang telah memilih SLB Negeri Kota Raja menjadi tempat berlangsungnya peluncuran gerakan ramah disabilitas.

"Luar biasa, saya merasa terhormat karena sekolah kami dipilih untuk even tingkat nasional.  ini sangat luar biasa.Semoga ini menjadi sesuatu yang positif terutama bagi para disabilitas di mana saja berada," ungkapnya.

Dalam kesempatan itu juga, Ediardus memberikan informasi terkait jenis-jenis anak berkebutuhan khusus yang memiliki pelayanan yang berbeda-beda jika hendak mengikuti pemilihan.

Ediardus menyebutkan, anak-anak di SLB terdiri dari lima jenis, pertama,  tuna netra yaitu anak-anak yang mengalami gangguan mata  yang terdiri dari total (sama sekali tidak bisa melihat) dan lovition (masih bisa melihat cahaya atau pun dengan bantuan kaca pembesar).

Selain itu, kata Ediardus, ada pula anak dengan tuna rungu wicara yaitu sama sekali tidak bisa mendengar dan tidak berbicara.

Baca juga: Putusan MA Perihal Caleg Mantan Napi Korupsi, Ini Tanggapan Ketua KPU imor Tengah Utara 

Ketiga, lanjutnya,  tuna daksa yaitu anak-anak yang mengalami gangguan fisik, misalnya kaki atau tangan yang tidak ada.

Lalu, sebut Ediardus, tuna grahita yaitu jenis yang lebih sering tidak dipahami karena anak dengan tuna grahita secara profil semuanya normal tetapi mengalami gangguan akademik (IQ) sangat di bawah.

"Jadi kalau dalam pengarahan terkait pemilu nanti dia cepat lupa. Dia perlu pendampingan yang ekstra," katanya

Selain itu, tambahnya, anak autis yaitu yang selalu fokus dengan dunianya dan tidak pusing dengan yang lain.

Yang terakhir, ada juga anak tuna ganda atau yang memiliki dua ketunaan, misalnya selain tuna grahita juga cacat fisik.

"Hal ini perlu dipahami terutama dalam konteks pemilu agar mereka benar-benar mendapat akses pelayanan sesuai kebutuhan. Kalau mereka tidak memikirkan itu, maka anak-anak atau pemilih disabilitas yang akan ke TPS akan mengalami kesulitan," ujarnya.

 

Ediardus berharap, anak-anak SLB dan peserta pemilih disabilitas lainnya bisa mengikuti kegiatan dengan baik agar mengetahui apa yang menjadi hak mereka dan seperti apa teknis akses yang diberikan untuk menyalurkan haknya dengan baik.

"Semoga dalam momen ini semua bisa dijadikan inklusif baik di aksesibilitas publik dan juga terutama dalam proses pemilihan agar anak-anak disabilitas bisa merasa aman, nyaman dan tentram dalam menyalurkan hak pilihnya," harapnya.

"Dalam konteks ini kita berusaha agar semua anak-anak disabilitas bisa terlayani dengan baik dan berusaha agar dalam konteks inklusi atau dalam pendidikan satu untuk semua, tidak ada diskriminasi. Semua anak belajar bersama-sama  dalam satu lembaga pendidikan hanya berbeda kebutuhan," ujarnya. (cr20)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

POS-KUPANG.COM/EKLESIA MEI


PELUNCURAN-  Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) NTT, Thomas Dohu bersama Komisioner lainnya resmi meluncurkan gerakan ramah disabilitas di Aula Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kota Raja, Rabu 4 Oktober 2023.
 

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved