NTT Memilih
Pemilu 2024, KPU NTT Luncurkan Gerakan Ramah Disabilitas
Thomas juga menyampaikan, gerakan itu melibatkan seluruh desa atau kelurahan di bawah monitoring KPU.
Penulis: Elisabeth Eklesia Mei | Editor: Oby Lewanmeru
Dalam kesempatan itu juga, Ediardus memberikan informasi terkait jenis-jenis anak berkebutuhan khusus yang memiliki pelayanan yang berbeda-beda jika hendak mengikuti pemilihan.
Ediardus menyebutkan, anak-anak di SLB terdiri dari lima jenis, pertama, tuna netra yaitu anak-anak yang mengalami gangguan mata yang terdiri dari total (sama sekali tidak bisa melihat) dan lovition (masih bisa melihat cahaya atau pun dengan bantuan kaca pembesar).
Selain itu, kata Ediardus, ada pula anak dengan tuna rungu wicara yaitu sama sekali tidak bisa mendengar dan tidak berbicara.
Baca juga: Putusan MA Perihal Caleg Mantan Napi Korupsi, Ini Tanggapan Ketua KPU imor Tengah Utara
Ketiga, lanjutnya, tuna daksa yaitu anak-anak yang mengalami gangguan fisik, misalnya kaki atau tangan yang tidak ada.
Lalu, sebut Ediardus, tuna grahita yaitu jenis yang lebih sering tidak dipahami karena anak dengan tuna grahita secara profil semuanya normal tetapi mengalami gangguan akademik (IQ) sangat di bawah.
"Jadi kalau dalam pengarahan terkait pemilu nanti dia cepat lupa. Dia perlu pendampingan yang ekstra," katanya
Selain itu, tambahnya, anak autis yaitu yang selalu fokus dengan dunianya dan tidak pusing dengan yang lain.
Yang terakhir, ada juga anak tuna ganda atau yang memiliki dua ketunaan, misalnya selain tuna grahita juga cacat fisik.
"Hal ini perlu dipahami terutama dalam konteks pemilu agar mereka benar-benar mendapat akses pelayanan sesuai kebutuhan. Kalau mereka tidak memikirkan itu, maka anak-anak atau pemilih disabilitas yang akan ke TPS akan mengalami kesulitan," ujarnya.
Ediardus berharap, anak-anak SLB dan peserta pemilih disabilitas lainnya bisa mengikuti kegiatan dengan baik agar mengetahui apa yang menjadi hak mereka dan seperti apa teknis akses yang diberikan untuk menyalurkan haknya dengan baik.
"Semoga dalam momen ini semua bisa dijadikan inklusif baik di aksesibilitas publik dan juga terutama dalam proses pemilihan agar anak-anak disabilitas bisa merasa aman, nyaman dan tentram dalam menyalurkan hak pilihnya," harapnya.
"Dalam konteks ini kita berusaha agar semua anak-anak disabilitas bisa terlayani dengan baik dan berusaha agar dalam konteks inklusi atau dalam pendidikan satu untuk semua, tidak ada diskriminasi. Semua anak belajar bersama-sama dalam satu lembaga pendidikan hanya berbeda kebutuhan," ujarnya. (cr20)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
POS-KUPANG.COM/EKLESIA MEI
PELUNCURAN- Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) NTT, Thomas Dohu bersama Komisioner lainnya resmi meluncurkan gerakan ramah disabilitas di Aula Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kota Raja, Rabu 4 Oktober 2023.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.