Berita Papua

Tokoh Separatis Papua Victor Yeimo Dibebaskan dari Penjara

Victor Yeimo, salah seorang aktivis pejuang kemerdekaan Papua, telah dibebaskan dari penjara  di Jayapura, ibukota Provinsi Papua, Sabtu 23 September

Editor: Agustinus Sape
YK/asiapacificreport.nz
Ribuan massa menyambut Victor Yeimo setelah dia dibebaskan dari penjara di Jayapura Papua, Sabtu 23 September 2023. 

POS-KUPANG.COM, JAYAPURA - Victor Yeimo, salah seorang aktivis pejuang kemerdekaan Papua, telah dibebaskan dari penjara  di Jayapura, ibukota Provinsi Papua, Sabtu 23 September 2023.

Pembebasannya disambut ribuan orang dan memunculkan kekhawatiran kembali berkobarnya aksi separatis untuk membentuk negara Papua Barat dan melawan apa yang mereka sebut sebagai rasisme, kolonialisme dan imperialisme.

“Rasisme adalah penyakit. Rasisme adalah virus. Rasisme pertama-tama disebarkan oleh orang-orang yang merasa superior,” kata Yeimo kepada ribuan pendukungnya.

Dia menggambarkan rasisme sebagai penyakit dan “bahkan pasien pun kesulitan mendeteksi rasa sakit yang disebabkan oleh rasisme”.

Berikut adalah petikan pidato Victor Yeimo.

“Rasisme adalah penyakit. Rasisme adalah virus. Rasisme pertama kali disebarkan oleh orang-orang yang merasa superior. Keyakinan bahwa ras lain lebih rendah. Perasaan bahwa ras lain lebih primitif dan terbelakang dibandingkan ras lain.

“Ingatlah masyarakat Papua, kawan-kawan mahasiswa, karena rasisme adalah penyakit, bahkan pasien pun sulit mendeteksi rasa sakit akibat rasisme.

“Rasisme secara historis dianut oleh beberapa ilmuwan, dimulai di Eropa dan kemudian di Amerika. Para ilmuwan ini mengklaim bahwa orang kulit putih pada dasarnya lebih cerdas dan penuh hormat dibandingkan orang kulit hitam berdasarkan perbedaan biologis.

Alasan yang salah ini telah digunakan untuk membenarkan kolonialisme dan imperialisme di Afrika, Asia, dan Pasifik, dimana para peneliti secara keliru menyatakan keunggulan genetik dan ekologi dibandingkan ras lain.

“Oleh karena itu, terdapat prasangka buruk terhadap bangsa dan ras lain, dengan keyakinan bahwa mereka adalah masyarakat terbelakang, primitif, termasuk kelas bawah atau kelas dua, yang harus ditundukkan, dijajah, didominasi, dikembangkan, dieksploitasi, dan diperbudak.

“Rasisme berfungsi seperti virus yang menyebar, menginfeksi dan menyebar di masyarakat. Kolonialisme membawa rasisme ke Afrika, Asia, dan Pasifik, sehingga sangat memengaruhi cara pandang dan keyakinan masyarakat Asia, Indonesia, dan kepulauan.

“Sangat penting untuk mengakui bahwa dampak jangka panjang dari ideologi rasis di Hindia Belanda selama lebih dari 350 tahun telah tertanam dalam dari generasi ke generasi, membentuk pandangan dunia mereka di wilayah ini karena dampak kolonialisme yang bertahan lama.

“Karena rasisme adalah virus, maka menular dari pelaku ke korban. Masyarakat terjajahlah yang menjadi korbannya.

“Setelah Indonesia merdeka berhasil mengusir kolonialisme, namun gagal menghilangkan rasisme yang ditimbulkan budaya Eropa terhadap masyarakat Nusantara.

“Saat ini, rasisme telah berkembang menjadi fenomena budaya yang mendarah daging di kalangan masyarakat Indonesia, sehingga menimbulkan rasa rendah diri sebagai akibat dari sejarah penjajahan.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved