Berita Manggarai Barat

Menelusuri Nggilat di Manggarai Barat, Desa Terpencil Tanpa Akses Jalan dan Listrik

Kalaupun bisa, hanya kendaraan roda dua dan melewati jalur bebatuan di tengah hutan. Jika musim hujan jalan itu tak bisa dilewati.

|
Penulis: Engelbertus Aprianus | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/ENGELBERTUS APRIANUS
JALAN SETAPAK - Jalan setapak menuju pusat perkampungan Desa Nggilat, Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Berto Kalu

POS-KUPANG.COM, LABUAN BAJO - Ketika desa-desa lain di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur terus berkembang, Desa Nggilat tidak memiliki nasib yang sama. Kondisi desa itu sungguh memprihatinkan.

Desa Nggilat berada di Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), jaraknya kurang lebih 80 kilometer dari Labuan Bajo, ibukota Kabupaten Manggarai Barat.

Pos Kupang berkesempatan mengunjungi desa ini, pada Rabu 6 September 2023. Dari Labuan Bajo, rute yang tersedia adalah jalur darat dan laut.

Jika menggunakan jalur darat dari Labuan Bajo perjalanan memakan waktu kurang lebih 4 jam dengan kendaraan pribadi, itupun hanya bisa sampai ke Desa Bari, ibukota Kecamatan Macang Pacar, desa tetangga Nggilat.

KemenPAN-RB Dorong ASN di Manggarai Barat Percepat Reformasi Birokrasi Tematik

Dari Bari ke Nggilat tidak ada akses jalan. Kalaupun bisa, hanya kendaraan roda dua dan melewati jalur bebatuan di tengah hutan. Jika musim hujan jalan itu tak bisa dilewati.

Dari Bari perjalanan dilanjutkan lagi menggunakan ketinting (perahu tradisional) selama 1 jam dengan sistem charter, karena tidak ada jadwal tetap, perlu nyali besar menaiki ketinting itu. Gamang karena selain ukurannya kecil, gelombang laut menjadi tantangan tersendiri. Perjalanan menjadi lebih berbahaya ketika cuaca sedang buruk.

Setelah satu jam mengarungi lautan, ketinting memperlambat lajunya saat memasuki muara dangkal. Pelan namun berbahaya, sebab di muara itu disebut masyarakat setempat merupakan tempat hidup buaya.

"Ada buaya tetapi mereka tidak sembarang," ucap Abdul, juru mudi kapal mencoba meyakinkan para penumpang.

Deru mesin ketinting perahu tradisional berporos panjang itu terdengar bersahut-sahutan dari tepian muara. Bagi warga di sana, ketinting itu ibarat sepeda motor atau mobil yang mengantar mereka kemana pun.

Pintu masuk ke desa berpenduduk 464 jiwa itu memang berada di dalam muara yang berjarak sekitar 1 kilometer dari bibir pantai. Ketinting yang ingin masuk ke muara pun harus menyesuaikan dengan kondisi pasang surut air laut.

"Kadang ada tamu yang tidak bisa pulang karena air surut, jadi harus tunggu lagi tunggu sampai air pasang," kata Abdul. Dia menyarankan waktu yang tepat untuk mengunjungi Deda Nggilat adalah di atas jam 12 siang.

Moncong ketinting menabrak pelan tanah di tepian muara, tanda bahwa telah sampai di tujuan. Tidak ada dermaga ataupun jembatan untuk kapal kecil itu bersandar.

Turun dari ketinting, perjalanan dilanjutkan lagi dengan berjalan kaki melewati jalan setapak sekitar 20 menit menuju pusat perkampungan.

Baca juga: Workshop Pengembangan Kurikulum Sekolah Perikanan Berketahanan Iklim Digelar di Manggarai Barat

KATINTING - Perjalanan menuju Desa Nggilat dengan menumpang ketinting dari Desa Bari, ibukota Kecamatan Macang Pacar.
KATINTING - Perjalanan menuju Desa Nggilat dengan menumpang ketinting dari Desa Bari, ibukota Kecamatan Macang Pacar. (POS-KUPANG.COM/ENGELBERTUS APRIANUS)

Saat lelah mendera, kami disambut hangat masyarakat di sana, anak-anak hingga orang dewasa kompak memberikan salam sebagai ucapan selamat datang.

50 Tahun Hidup Tanpa Listrik

Selama 50 tahun desa itu berdiri masyarakatnya belum menikmati aliran listrik. Salah satu pemicunya adalah lokasinya yang begitu terpencil dan sulit dijangkau.

Selama ini warga hanya memanfaatkan genset ataupun lampu bertenaga surya untuk menerangi malam mereka. Jika hendak melaksanakan acara keluarga atau pesta mereka harus menyiapkan genset dan bensin dengan belasan botol.

Ironi memang, tetapi itulah realita yang dirasakan masyarakat desa yang berada di utara Pulau Flores itu.

"Di sini tidak ada listrik, kita hanya pakai mesin genset kalau malam. Kondisi ini dirasakan masyarakat di sini selama puluhan tahun," ungkap Kepala Desa Nggilat, Elias Firgus Jani.

Masyarakat berulang kali mengajukan ke pemerintah agar di desa mereka bisa teraliri listrik, begitupun permohonan untuk membuka akses jalan ke sana. Namun semua harapan itu belum terwujud.

"Paling riskan masyarakat di sini kalau sakit, harus di bawah lagi ke Puskesmas Bari lewat jalur laut. Tapi kalau bulan Januari dan Februari itu tidak bisa lewat sama sekali karena cuaca buruk," ungkap Elias.

Lumbung Kedelai Manggarai Barat

Mayoritas warga Desa Nggilat adalah petani. Kebiasaan berladang itu telah mengakar sejak dulu. Tak heran Desa Nggilat disebut sebagai lumbung kedelai di Manggarai Barat. Tahun ini hasil kedelai dari petani Nggilat mencapai 30 ton, hasil itu disebut terus meningkat setiap tahunnya.

Baca juga: Kasus Pencabulan di Manggarai Barat, Polisi Terapkan Pidana Anak untuk 1 Pelaku

HASIL PANEN - Masyarakat Desa Nggilat menunjukkan kedelai yang di panen bulan Juni lalu. Total secara keseluruhan ada 30 ton.
HASIL PANEN - Masyarakat Desa Nggilat menunjukkan kedelai yang di panen bulan Juni lalu. Total secara keseluruhan ada 30 ton. (POS-KUPANG.COM/ENGELBERTUS APRIANUS)

Elias menyebut potensi kedelai di Desa Nggilat memang besar. Hanya saja selama ini masyarakat sulit mengakses pasar untuk menjual hasil produksi mereka. Belum lagi biaya pengiriman yang tidak murah, salah satu faktornya karena tidak tersedia akses jalan.

"Biasanya hasil (kedelai) dibawa menggunakan jalur laut ke Pelabuhan Reo (Kabupaten Manggarai), atau ke Labuan Bajo. Harganya mahal karena diangkut lagi menggunakan kapal," ucap Elias.

Kondisi sulit yang berakar dari minimnya infrastruktur jalan ini masih membelenggu masyarakat di sana. (uka)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved