Berita Kota Kupang
Komunitas Talitakum Indonesia Kupang Gelar Diskusi Refleksi 78 Tahun Indonesia Merdeka
Keluarga di Kupang tidak setuju kalau saya kerja di Jakarta. Mereka marah dan minta teman - teman di Jakarta untuk kasih keluar saya
Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Rosalina Woso
"Faktor daya tarik daerah tujuan ada yang dijanjikan, oh ternyata banyak yang pulang dari Malaysia rumahnya yang tadi dinding bebak kemudian bisa menjadi tembok yang berlantai tanah menjadi keramik
Dari tidak punya apa - apa menjadi punya mobil. Itu kan jadi daya tarik daerah tujuan. Modusnya ini macam macam. Nah hulu dan hilir ini harus dikerjakan secara simultan tidak bisa parsial," jelasnya.
Baca juga: SMAN 12 Kota Kupang Kolaborasi dengan Pertamina FT Tenau Gelar Upacara HUT Kemerdekaan RI
Dikatakan Yonatan, perpindahan orang terjadi melalui bandara dan pelabuhan maka dua sentra utama pelintasan ini harus dimaksimalkan peran dan fungsinya untuk mencegah.
"Di Batam Center itu ada 7 pelabuhan pelintasan dari dan ke negara terdekat. Tetapi yang tidak sah itu adalah pelabuhan tradisional kemudian sering dijadikan jalur pelintasan itu jumlahnya ada 128 yang diakui negara itu hanya 7, 5 untuk barang 2 untuk manusia. Bayangkan begitu banyak berapa banyak perangkat kapasitas hukum kita untuk mencegah black market, prostitusi ada human trafficking," kata Yonatan.
"Menurut saya hal utama untuk mencegah jumlah yang meningkat dari tahun ke tahun adalah memaksimalkan fungsi pencegahan di bandara dan pelabuhan," tambahnya.
Perwakilan dari Youth Taskforce (YTF) Anti TPPO, Lau membagikan kisah dari desanya sendiri.
"Di desa kami saya lihat kebanyakan orang yang ke luar negeri itu anak muda yang sudah selesai sekolah. Prosesnya simple. Dari keluarga dekat yang pulang dari Malaysia datang beli mobil perbaiki rumah terus karena kondisi ekonomi maka dituntut untuk ke luar negeri. Itu cerita yang saya dapat di desa saya sendiri," katanya.
Menurut dia TPPO sangat krusial karena di NTT, sumber daya alamnya sangat berlimpah sementara kebanyakan warga NTT memilih pergi ke luar negeri dan tidak memanfaatkan sumber daya alam yang ada.
"Nah kegiatan kami di YTF itu yang kami lakukan pertama adalah menginformasikan kepada masyarakat melalui media sosial karena kebanyakan modus - modus itu datang dari media sosial dan yang paling banyak digunakan di daerah Timor adalah Facebook," ujarnya.
YTF melakukan kampanye berupa postingan dan video - video yang membahas tentang modus - modus yang digunakan oleh para pelaku TPPO yang kebanyakan memberikan informasi pekerjaan yang simple dengan gaji yang tinggi.
Deputi Walhi NTT, Yuvensius Steganus Nonga dalam sambutannya mengatakan, saat ini beberapa titik di pulau Flores sudah terjadi perampasan lahan, sementara yang paling terdampak dan paling rentan dari perubahan iklim dan lain sebagainya adalah orang - orang miskin yang tidak punya banyak pilihan.
"Ketika suatu waktu krisis iklim itu terjadi, kita di belahan bumi bagian Selatan ini paling sedikit pilihan kalau mau bandingkan dengan negara - negara maju tapi daerah kita Flores itu digadaikan untuk kepentingan menekan laju perubahan iklim," kata dia.
Menurut Yuvensius, salah satu aspek yang mendorong orang lebih memilih untuk bekerja di luar negeri adalah akses ke wilayah kelurahan dan kecamatan yang tidak subur, perampasan lahan, akses orang ke lapangan pekerjaan terbatas atau bahkan hilang.
"Kami di Walhi NTT yakin bahwa kemiskinan di NTT itu bukan kemiskinan sumber daya alam tapi memang akses ke sektor esensial itu dikapitalisasi," kata Yuvensius.
"Contoh kebutuhan akan energi, kebutuhan akan pangan listrik Sekolah dan lain sebagainya yang sifatnya esensial itu dikapitalisasi..Itulah mengapa beberapa orang memilih harus keluar karena ubi dan kambing tidak bisa menggantikan uang sekolah," tambahnya.(uzu)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.