Berita Kota Kupang

Komunitas Talitakum Indonesia Kupang Gelar Diskusi Refleksi 78 Tahun Indonesia Merdeka 

Keluarga di Kupang tidak setuju kalau saya kerja di Jakarta. Mereka marah dan minta teman - teman di Jakarta untuk kasih keluar saya

Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/MICHAELLA UZURASI
DISKUSI - Diskusi Refleksi 78 Tahun Merdeka oleh Komunitas Talitakum Indonesia Kupang di Kantor Walhi NTT, Jumat, 18 Agustus 2023. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Michaella Uzurasi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Komunitas Talitakum Indonesia Kupang menggelar diskusi Refleksi 78 Tahun Indonesia Merdeka : Sudahkah NTT Merdeka dari Perdagangan Orang?, di Kantor Walhi NTT, Jumat, 18  Agustus 2023. 

Kegiatan ini digelar untuk merefleksikan kondisi Nusa Tenggara Timur yang angka kasus tindak pidana perdagangan orang atau TPPO terus meningkat meskipun rakyat Indonesia sudah merdeka selama 78 tahun dari penjajah. 

Koordinator Talitakum Indonesia Kupang, Sr. Tyas RVM menjelaskan, Talitakum sendiri adalah organisasi internasional untuk para biarawati sedunia yang boleh dikatakan suatu jaringan kerjasama spiritual untuk aksi dan solidaritas bagi para korban perdagangan manusia. 
 
Komunitas ink didirikan di Roma pada tahun 2009 kemudian masuk ke Indonesia pada tahum 2015 dan masuk ke Kupang kurang lebih tiga tahun yang lalu. 

Baca juga: Petugas SPBU Berbusana Adat saat Layani Pengendara di Momentum HUT RI ke-78 di Kota Kupang

"Jadi kami juga masih sementara menghimpun tapi sebenarnya untuk pekerjaan seperti suster Laurentin yang dikenal sebagai suster Cargo, suster Anselin CB di Rumah Sakit Borromeus yang seringkali menemukan mereka yang membuat surat keterangan sehat untuk berangkat (ke luar negeri) lalu ada suster Paulina Making yang bekerja bersama Permberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk perempuan dan anak - anak yang menjadi korban, lalu saya sendiri sebelumnya bergabung di Pemberdayaan Perempuan dan ada suster - suster yang lain sudah tersebar di 60 negara karena perdagangan manusia bukan perkara NTT saja," jelas Sr. Tyas. 

Hadir dalam kesempatan tersebut salah satu penyintas TPPO, Fhelty Tampani yang mendapatkan informasi pada bulan Maret lalu melalui media sosial Facebook tentang lowongan pekerjaan di Jakarta

Fhelty pun merespon postingan tersebut dan mereka saling tukar nomor kontak untuk komunikasi lebih lanjut. Dari komunikasi tersebut dia mengetahui akan bekerja di Jakarta dengan gaji Rp2.5 juta. 

"Jadi saya senang mau kerja di Jakarta," kata Fhelty. 

Dua hari kemudian, salah satu teman menjemput untuk ke tempat kosnya dan di sana sudah ada tiga orang lain. Mereka berempat menginap selama dua malam untuk menunggu tiket berangkat ke Jakarta

Fhelty mengungkapkan, setelah tiba di Jakarta, sang majikan datang menjemput dan sampai di tempatnya majikan, mal harinya Fhelty baru menginfokan kepada keluarga bahwa dirinya berada di Jakarta. 

Baca juga: PMI NTT Distribusi 22.000 Liter Air Bersih untuk Masyarakat Naioni dan Alak, Kota Kupang

"Keluarga di Kupang tidak setuju kalau saya kerja di Jakarta. Mereka marah dan minta teman - teman di Jakarta untuk kasih keluar saya sampai saya pulang," ungkapnya. 

Akademisi Undana, Yonatan Lopo yang hadir sebagai salah satu narasumber mengatakan, berkaitan dengan kemerdekaan RI yang baru dirayakan kemarin, spirit untuk merdeka itu didorong oleh keinginan untuk bebas dari ekspektasi manusia atas manusia dan ekspektasi bangsa atas bangsa. 

"Kalau kita dijajah Belanda dijajah Jepang itu kan bangsa kita dieksploitasi tetapi level lain dari penjajahan adalah manusia atas manusia," kata dosen Prodi Ilmu Politik ini. 

Menurut dia cara kita merespon human trafficking tidak bisa seperti merespon bencana alam yang didasarkan hanya atas hidup kemanusiaan kemudian tidak ditopang oleh perangkat kebijakan dan penindakan hukum yang tegas dan konkrit. 

"Tetapi sebelum sampai ke sana human trafficking itu terjadi karena dua hal. Yang pertama ada daya dorong daerah asal dan kedua ada daya tarik daerah tujuan Mengapa ada daya dorong? Yang pertama karena tidak ada akses ke lapangan pekerjaan kaitannya juga dengan alam dan lingkungan yang rusak. Tidak ada tempat untuk pertanian tidak ada tempat untuk perkebunan atau bisa juga dia tidak diterima di lingkungan di keluarga," ujarnya. 

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved