Berita Nasional

Tema dan Makna Peringatan Hari Pramuka ke-62 tahun 2023

Hari Pramuka ke-62 tahun 2023 mengusung tema "Sumber Daya Manusia yang Profesional dan Proporsional".

Penulis: Ryan Nong | Editor: Ryan Nong
POS-KUPANG.COM/ISTIMEWA
Logo Hari Pramuka ke-62 tahun 2023 

Hari Pramuka ditetapkan setiap 14 Agustus dengan peristiwa yang melatarbelakanginya yakni pelantikan pengurus Gerakan Pramuka dan sekaligus dilangsungkannya defile Pramuka pada 1 Agustus 1961.

Defile Pramuka itu bertujuan memperkenalkan Gerakan Pramuka Indonesia pada khalayak.

Sejarah Pramuka

Gerakan Kepanduan atau Pramuka terdapat di berbagai negara di dunia dan memiliki sejarah panjang.  Secara internasional, gerakan Kepanduan atau Pramuka disebut sebagai Scouting atau Scout Movement.

Gerakan ini dicetuskan oleh Robert Baden-Powell, seorang anggota angkatan darat di Inggris yang antara tahun 1906-1907 menulis buku Scouting for Boys.

Buku tersebut merupakan panduan bagi remaja untuk melatih keterampilan dan ketangkasan, cara bertahan hidup, hingga pengembangan dasar-dasar moral.

Apa yang dicetuskan Robert Baden-Powell ini kemudian menyebar ke seluruh dunia dan menjadi gerakan Kepanduan yang di Indonesia disebut dengan Pramuka.

Robert Baden-Powell yang dikenang sebagai bapak pramuka internasional itu lahir di London pada 22 Februari 1857. Adapun hari lahir itu diperingati sebagai Hari Pramuka Internasional.

 

Sejarah Pramuka Indonesia

Gerakan Pramuka di Indonesia sudah dimulai sejak zaman pendudukan Belanda pada tahun 1923. Kala itu didirikan Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) di Bandung.

Cikal bakal kepanduan di Indonesia juga ditandai dengan kemunculan berbagai organisasi kepanduan. Misalnya Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO) di Jakarta pada tahun yang sama, Hizbul Wahton (HW) pada 1918, Jong Java Padvinderij (JJP) pada 1923, Nationale Padvinders (NP), Nationaal Indonesische Padvinderij (NATIPIJ), dan Pandoe Pemoeda Sumatra (PPS).

Dikutip dari Tirto sebagaimana yang dilansir dari laman Museum Sumpah Pemuda Kemdikbud, NPO dan JIPO lalu melebur menjadi Indonesische Padvinderij Organisatie (INPO) di tahun 1926.

Namun, Belanda kemudian melarang organisasi kepanduan yang bukan bentukannya dengan melabelinya menggunakan istilah Padvinder.

Akhirnya, untuk membedakan kepanduan milik Belanda dan Indonesia, tokoh KH Agus Salim memperkenalkan isilah "Pandu" atau "Kepanduan" untuk organisasi Kepramukaan dari Indonesia.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved