Berita Nasional
Sejarah Kepanduan Nasional, dari Nationale Padvinderij Organisatie di Bandung Hingga Pramuka Kini
Hingga kini, Pramuka menjadi salah satu gerakan kepanduan yang mengakar dalam pendidikan karakter generasi muda sejak masa sekolah dasar (SD).
POS-KUPANG.COM - Tribuners, gerakan kepanduan di tanah air yang kini dikenal dengan nama praja muda karana atau Pramuka ternyata telah ada sebelum Indonesia merdeka atau sejak zaman penjajahan Belanda.
Hingga kini, Pramuka menjadi salah satu gerakan kepanduan yang mengakar dalam pendidikan karakter generasi muda sejak masa sekolah dasar (SD).
Adapun gerakan kepanduan atau Pramuka juga terdapat di berbagai negara di dunia. Secara internasional, gerakan Kepanduan atau Pramuka yang disebut sebagai Scouting atau Scout Movement memiliki sejarah panjang.
Gerakan ini dicetuskan oleh Robert Baden-Powell, seorang anggota angkatan darat di Inggris yang antara tahun 1906-1907 menulis buku Scouting for Boys.
Baca juga: Mengenal Hari hari Ikrar Gerakan Pramuka yang Diperingati pada 30 Juli
Baca juga: Dua Peserta dari Kwarda NTT Juara Pramuka Nasional di Cibubur
Baca juga: Bantu Status Gizi Anak Stunting, Pramuka NTT Serahkan 62 Paket Natura di Puskesmas Sikumana
Buku tersebut merupakan panduan bagi remaja untuk melatih keterampilan dan ketangkasan, cara bertahan hidup, hingga pengembangan dasar-dasar moral.
Secara internasioanal, hari lahir Robert Baden-Powell yang dikenang sebagai bapak pramuka internasional pada 22 Februari (1857) ditetapkan sebagai Hari Pramuka Internasional yang diperingati setiap tahun.
Apa yang dicetuskan Robert Baden-Powell ini kemudian menyebar ke seluruh dunia dan menjadi gerakan Kepanduan yang di Indonesia disebut dengan Pramuka.
Sejarah Pramuka Indonesia
Gerakan Pramuka di Indonesia sudah dimulai sejak zaman pendudukan Belanda pada tahun 1923. Kala itu didirikan Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) di Bandung.
Cikal bakal kepanduan di Indonesia juga ditandai dengan kemunculan berbagai organisasi kepanduan. Misalnya Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO) di Jakarta pada tahun yang sama, Hizbul Wahton (HW) pada 1918, Jong Java Padvinderij (JJP) pada 1923, Nationale Padvinders (NP), Nationaal Indonesische Padvinderij (NATIPIJ), dan Pandoe Pemoeda Sumatra (PPS).
Dikutip dari Tirto sebagaimana yang dilansir dari laman Museum Sumpah Pemuda Kemdikbud, NPO dan JIPO lalu melebur menjadi Indonesische Padvinderij Organisatie (INPO) di tahun 1926.
Namun, Belanda kemudian melarang organisasi kepanduan yang bukan bentukannya dengan melabelinya menggunakan istilah Padvinder.
Baca juga: Pramuka NTT Siap Mengikuti Jambore Nasional XI
Baca juga: Kwarda Gerakan Pramuka NTT Siap Gelar Jambore Daerah di Labuan Bajo
Akhirnya, untuk membedakan kepanduan milik Belanda dan Indonesia, tokoh KH Agus Salim memperkenalkan isilah "Pandu" atau "Kepanduan" untuk organisasi Kepramukaan dari Indonesia.
Pada 23 Mei 1928 dibentuk Persaudaraan Antar Pandu Indonesia (PAPI) yang beranggotakan gabungan INPO, SIAP, NATIPIJ, dan PPS.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.