Berita NTT
Undana Kupang Panen Dua Profesor dari Fakultas Sains
Bahkan dari pendidikan S1 sampai S2 mendapatkan beasiswa. Pendidikan S2 dan S3 ia lakukan di Australia.
Penulis: Paul Burin | Editor: Rosalina Woso
Ia mengatakan bahwa tantangan kuliah di luar negeri adalah pada aspek kultur akademik. Di sana, kata dia, para mahasiswa dituntu mandiri. Ketika nilai dikembalikan dosen melalui akun masing-masing dan nilai belum memuaskan sungguh membuat stres.
“Dan, kita tak tahu apakah kita nilai terendah? Tentang nilai menjadi sangat privasi,” katanya.
“Ketika nilai rendah kita merasa tersiksa. Pesannya harus mandiri dalam belajar,” katanya.
Prof ini mengatakan, kebetulan pembimbing S2 dan S3 orang yang sama. Tapi, dia menggunakan style yang berbeda ketika studi S3.
Saat S2 ia mengatakan, tolong kerjakan pakai ini dan itu. Ketika S3 dia tanya, “Kamu sudah buat apa atau sudah kerja apa. Kita yang membuat sendiri. Kita yang menyetir riset. Dia menantang cara berpikir.”
Baca juga: Tiga Faktor Penyebab NTT Tertinggi Kasus TTPO, Pengamat Sebut Pemerintah Belum Mampu
Prof. Meksianis mengatakan pada suatu titik ia merasa putus asa dan berpikir studi tak akan selesai. Dan, kepada pembimbing ia mengatakan cukup membutuhkan gelar saja. Pembimbing S3 mengatakan, kalau gelar, bisa ia berikan. Tapi, ketika melepas sebagai S3, ia harus yakin bahwa mahasiswanya bisa menjadi peneliti yang independen, mandiri.
“Ini yang membuat saya terpacu lagi,” katanya. (pol)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS