Berita Timor Tengah Selatan

Dinas Pertanian Timor Tengah Selatan Uji Coba Adaptasi Tanaman Apel di Lima Kecamatan

Waktu itu didapat penyebab hilangnya apel Soe karena jamur Marssonina coronarea hingga akhirnya punah sama sekali

Penulis: Adrianus Dini | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG.COM/ADRIANUS DINI
KABID - Arfaksad Aoetpah, SP, Kabid Hortikultura, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Timor Tengah Selatan. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Adrianus Dini

POS-KUPANG.COM, SOE - Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Timor Tengah Selatan, Otnial Neonane, STP, M.Si, melalui Kabid Hortikultura, Arfaksad Aoetpah, SP menjelaskan, saat ini pihaknya sedang melakukan uji adaptasi tanaman apel di 5 kecamatan yang tersebar di TTS.

"Sementara dilakukan uji adaptasi tanaman apel di beberapa tempat yang tersebar di 5 kecamatan. Kemudian bisa dilakukan pemurnian dan setelah itu baru bisa dilakukan pengembangan lebih lanjut," ujar Aoetpah saat ditemui Pos Kupang di ruang kerjanya, Kamis, 15 Juni 2023.

Aoetpah menerangkan, apel Soe yang pernah berjaya pada masanya mulai hilang di awal tahun 1980-an.

Dijelaskan, apel ini pernah tumbuh subur di wilayah TTS antara tahun 1970-an sampai 1980-an. 

Baca juga: 19 Calon TKI Ilegal Asal Timor Tengah Selatan Dijanjikan Gaji Rp 3,5 juta Per Bulan

"Apel Soe memang dulu pernah terkenal bahkan sempat disuguhkan di meja presiden Soeharto waktu itu. Namun, di awal tahun1980-an populasi kita sedikit menurun hingga bahkan bisa dikatakan hilang," jelasnya.

"Kami tidak memiliki referensi yang pasti, tetapi apel ini sudah ada di TTS sejak zaman penjajahan Belanda," tambahnya.

Dia menjelaskan, hilangnya pohon apel di daratan Timor Tengah Selatan dikarenakan serangan jamur Marssonina coronarea.

"Waktu itu didapat penyebab hilangnya apel Soe karena jamur Marssonina coronarea hingga akhirnya punah sama sekali," katanya.

Beberapa tahun terahir ungkap Aoetpah, oleh masyarakat secara swadaya diupayakan kembali pengembangannya.

"Baru beberapa tahun terakhir coba dikembangkan petani secara swadaya dari sisa-sisa pohon yang pernah ada ataupun yang didatangkan sendiri lalu ditanam," ujarnya.

Baca juga: BREAKING NEWS: Polsek Alak Gagalkan Pengiriman 19 Calon TKI Ilegal Asal Timor Tengah Selatan

"Untuk tanaman Apel di TTS tersebar di 5 kecamatan yakni kecamatan Tobu, kecamatan Amanuban Barat, Kecamatan Fatumnasi, Kecamatan Mollo Utara dan Kecamatan Mollo Tengah," katanya.

Aoetpah menerangkan ada sekitar 174 petani yang masih menanam apel. Namun tidak terkonsentrasi di satu tempat yang sama.

"Ada sekitar 174 petani yang masih menanam apel, tetapi tidak di satu tempat yang sama. Ada yang hanya memiliki 1 pohon Apel, ada yang memiliki 3 atau 4 pohon apel dan ada yang memiliki 78 pohon Apel," terangnya.

"Di Tubuhue ada sekitar 78 pohon yang ditanam di satu lahan. Sementara yang lain mereka tanam di lahan yang berbeda-beda," katanya.

Dirinya menjelaskan, berdasarkan pantauan oleh pihaknya secara langsung di lapangan, dijumpai jenis apel yang mirip varietas Apel Anna, Apel Manalagi dan Apel Rome beauty.

"Saat kita coba turun ke lapangan dan cek apel yang masih ada itu mirip varietas Apel Anna, Apel Manalagi dan Apel Rome beauty," tuturnya.

Dia menjelaskan, berdasarkan data 2019 ada 3.220 pohon apel yang ditanami masyarakat. 

"Berdasarkan data kita di tahun 2019 ada 3.220 pohon apel yang ditanami masyarakat. Pohon yang berproduksi sampai saat ini ada 966 pohon. Yang belum berbuah 709 pohon. Sementara 1.545 pohon sisanya sebagai batang bawah atau tanaman liar untuk kemudian ditempel dengan jenis Manalagi dan jenis Rome beauty," urainya.

Baca juga: 19 Calon TKI Ilegal Asal Timor Tengah Selatan Dijanjikan Gaji Rp 3,5 juta Per Bulan

"Ada masyarakat yang budidayakan apel sendiri. Kita hanya bisa membantu dengan memberikan petunjuk teknis cara budidaya. Kemudian jika ada serangga kita bisa bantu dengan pemberian obat pengendali hama," tuturnya.

Terkait pengembangan ke depan ucap Aoetpah belum bisa dilakukan pihaknya karena perlu dilakukan pemurnian varietas terlebih dahulu.

"Sampai sekarang kita belum bisa melakukan pengembangan karena syarat untuk pengembangan dan dianggarkan dengan anggaran pemerintah harus merupakan verietas yang sudah paten. Bibitnya harus yang sudah bersertifikat. Dulu apel Soe masih dalam kalangan kita sendiri," tuturnya.

"Kalau ingin pengembangan varietas ini berarti kita catat dulu untuk jadi varietas nasional dengan adanya label. Kalau tidak berarti kita harus datangkan lagi apel jenis Manalagi atau Rome beauty untuk kemudian dilakukan pengembangan," ujarnya.

"Kalau apel asli Soe kita harus pemurnian dulu. Kemudian dicatat di kementerian pertanian untuk menjadi varietas, baru bisa kita gunakan anggaran pemerintah untuk pengembangan," tambahnya.

Disampaikan pihaknya juga mendorong agar ke depan apel asli Soe bisa mendapat sertifikat sebagai varietas unggul daerah maupun nasional.

"Secara teknis ke depan kita juga akan mendorong agar apel asli Soe bisa mendapatkan sertifikat sebagai varietas unggul daerah maupun nasional. Dengan demikin bisa dilakukan pengembangan," pungkasnya. (din)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved