Berita Lembata

Daun Mimba dan Tanaman Serai Bisa Kendalikan Hama di Lembata

INCIDENT CRS dan LSM Barakat itu adalah desa Bour di Kecamatan Nubatukan, desa Riabao, Waukero, Pasir Putih Lolong di Kecamatan Nagawutung. 

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/RICKO WAWO
SOSIALISAI - Sosialisasi Pengendalian Hama Tanaman (PHT) yang diselenggarakan di tengah kebun di desa Pasir Putih, Kecamatan Nagawutung, Kabupaten Lembata, Maret 2023. 

Dalam sistem rantai makanan, kehadiran musuh alami sangat penting untuk mengurangi populasi hama tanaman. Maka, dianjurkan kepada para petani supaya menggunakan pestisida nabati semacam daun mimba, serai wangi, lengkuas, lombok, dan daun pepaya.

“Kita bisa racik semua bahan alami itu, rendam selama semalam dan kita saring dan kita pakai untuk kendalikan hama,” urainya.

Sosialisasi ini juga membuka wawasan pengetahuan petani tentang sistem rantai makanan antara binatang musuh alami, hama dan penyerbuk.

Bapak Andreas, salah satu petani, memaparkan sistem rantai makanan berdasarkan pengalamannya yakni ulat dimakan oleh burung pipit, burung pipit dimakan ular, dan ular dimakan burung elang.

“Itu mata rantai yang kita tidak boleh putuskan. Kalau ada salah satu yang dimusnahkan maka ekosistem jadi tidak seimbang atau punah,” ujarnya.

Andreas menyadari, sebagai petani, rumput yang tumbuh di kebun tidak boleh dimusnahkan dengan racun. Rumput itu merupakan makanan untuk belalang dan ulat.

"Tapi kalau kita kasi mati semua rumput pakai racun maka belalang datang serang kita punya jagung semua. Binatang hama itu salah satu cara untuk menguranginya dengan cara kearifan lokal, kita bikin seremonial secara adat,” ujar dia.

Cara mengendalikan hama lainnya adalah dengan menanam tanaman-tanaman yang bisa mengusir hama seperti bungan tai ayam, serai dan kemangi.

Magdalena Peni Ladjar, Project Manager Program Incident CRS, menyebutkan sosialisasi itu penting karena para petani dan penyuluh pertanian saling sharing pembelajaran tentang pengendalian hama tanaman yang lebih ramah lingkungan dan tentu saja efektif.

“Bibit yang selama ini sudah hilang seperti jagung putih, jagung pulut sudah diganti hibrida. CRS mau kembalikan bibit-bibit lokal supaya petani tanam kembali. Tujuannya, pangan dari bibit lokal kembali ada dalam lumbung, jangan pakai pestisida yang bisa sampai mencemari laut, dan kearifan lokal tetap lestari,” pungkasnya.(*)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved