Konflik Sudan

Konflik Sudan, 538 WNI Siap Dievakuasi Melalui Laut Menuju Jeddah Arab Saudi

Konflik Sudan yang dipicu oleh perang saudara memaksa warga asing di negara tersebut keluar dan pulang ke negara masing-masing.

Editor: Agustinus Sape
Abubakarr JALLOH/AFP via theafricanreport.com
Konvoi yang meninggalkan Khartoum bergerak maju menuju Port Sudan, Minggu 23 April 2023, saat orang-orang melarikan diri dari ibu kota Sudan yang dilanda perang saudara. 

Penguasa militer Sudan pada saat itu, Omar al-Bashir, mengandalkan Hemedti dan RSF sebagai penyeimbang angkatan bersenjata reguler, dengan harapan akan terlalu sulit bagi kelompok bersenjata mana pun untuk menggulingkannya.

Pada akhirnya, setelah berbulan-bulan aksi protes, para jenderal bersatu untuk menggulingkan Bashir pada April 2019.

Belakangan, masih dalam tahun yang sama, mereka menandatangani perjanjian dengan para pengunjuk rasa untuk membentuk pemerintahan sipil yang diawasi oleh Dewan Berdaulat, yakni sebuah badan gabungan sipil-militer di mana Jenderal Burhan menjadi pemimpinnya dan Hemedti sebagai wakilnya.

Situasi itu bertahan selama dua tahun, hingga Oktober 2021, ketika militer menyerang dan mengambil alih kekuasaan untuk diri mereka sendiri.

Jenderal Burhan kembali menjadi kepala negara dan Hemedti kembali menjadi wakilnya.

Siddig Tower Kafi adalah seorang anggota sipil dari Dewan Berdaulat, dan rutin bertemu dengan kedua jenderal tersebut.

Dia mengatakan tidak melihat tanda-tanda perselisihan sampai setelah kudeta 2021.

“Jenderal Burhan mulai mengembalikan kelompok Islamis dan mantan anggota rezim ke posisi lama mereka,” kata Siddig kepada BBC.

“Jelas bahwa rencana Jenderal Burhan adalah mengembalikan rezim lama Omar al-Bashir ke tampuk kekuasaan.”

Siddig mengatakan bahwa pada saat itulah Hemedti mulai ragu, karena dia merasa kroni-kroni Bashir tidak pernah sepenuhnya mempercayainya.

Peta Sudan_01
Peta Sudan yang sedang dilanda perang saudara.

Lanskap politik Sudan selalu didominasi oleh elite yang sebagian besar berasal dari kelompok etnis yang berbasis di sekitar Khartoum dan Sungai Nil.

Sedangkan Hemedti berasal dari Darfur. Elite Sudan sering membicarakan dia dan tentaranya dengan nada merendahkan, seperti disebut sebagai “orang udik” yang tidak layak untuk memerintah negara.

Selama dua atau tiga tahun terakhir, dia telah mencoba memposisikan dirinya sebagai tokoh nasional, dan bahkan sebagai perwakilan dari kelompok yang terpinggirkan.

Dia mencoba menjalin aliansi dengan kelompok pemberontak di Darfur dan Kordofan Selatan yang sebelumnya telah ditugaskan untuk dihancurkannya.

Dia juga rutin membicarakan bahwa demokrasi dibutuhkan, meskipun pasukannya sendiri secara brutal menghentikan aksi protes masyarakat sipil di masa lalu.

Ketegangan antara tentara dan RSF meningkat seiring dengan kian dekatnya tenggat waktu untuk membentuk pemerintahan sipil, yang fokus pada persoalan pelik soal bagaimana RSF harus diintegrasikan kembali ke dalam angkatan bersenjata reguler.

Kemudian pertempuran pun dimulai antara RSF melawan ASF, Hemedti melawan Jenderal Burhan, dengan misi menguasai negara Sudan.

Dalam satu hal, setidaknya, Hemedti mengikuti jejak petinggi SAF yang sekarang dilawannya itu. Selama beberapa tahun terakhir, dia telah membangun kerajaan bisnis yang luas, termasuk tambang emas dan banyak sektor lainnya.

Jenderal Burhan dan Hemedti sama-sama menghadapi seruan dari para pemimpin sipil dan korban konflik di Darfur serta di tempat-tempat lain untuk diadili atas dugaan kekerasan.

Pertaruhannya sangat tinggi, dan ada banyak alasan bagi mantan sekutu yang berujung menjadi musuh bebuyutan ini untuk tidak mundur dari pertempuran mereka.

(kompas.id/bbc.com)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved