Berita Lembata
Kapolres Lembata AKBP Vivick Tjangkung Kunjungi Sekolah yang Didirikan Kakeknya di Lamalera
Para guru dan siswa menyambut AKBP Vivick Tjangkung yang merupakan kapolres perempuan pertama di NTT itu dengan sukacita tarian dan nyanyian
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Eflin Rote
LAPORAN REPORTER POS-KUPANG.COM, RICKO WAWO
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Kunjungan Kapolres Lembata AKBP Vivick Tjangkung ke Lamalera, kampung leluhurnya dari garis ibu, Minggu, 23 April 2023, terasa istimewa.
Pada kesempatan itu, selain bertemu sanak keluarga dari Suku Lelaona, AKBP Vivick Tjangkung bersama rombongan juga menyambangi SMPS Aksi Putera Puteri Ikan Sembur atau APPIS Lamalera yang didirikan oleh Yohanes Asa Lelaona, kakek AKBP Vivick Tjangkung, pada Juni 1964.
Para guru dan siswa menyambut AKBP Vivick Tjangkung yang merupakan kapolres perempuan pertama di NTT itu dengan sukacita tarian dan nyanyian.
Nama kakeknya, Yohanes Asa Lelaona juga terus disanjung sebagai tokoh pendidikan yang visioner. Di barisan depan, seorang murid perempuan juga memegang foto Yohanes Asa Lelaona. Polwan kelahiran Ende tersebut tampak terharu melihat pigura tersebut.
Baca juga: Rumpon dan Bom Ikan Ganggu Aktivitas Nelayan Lamalera Lembata
AKBP Vivick Tjangkung bertemu dengan para peserta didik dan secara simbolis memberikan bingkisan kepada mereka.
“Terima kasih sudah merawat sekolah ini,” ungkapnya kepada dua orang guru yang menerima bingkisan darinya.
Lalu, kepada para siswa, dia berpesan sembari merekah senyum, “Janji, jadi anak yang hebat ya...”
Alfons Resing, guru SMP APPIS Lamalera, bercerita bahwa pada 1964, Yohanes Asa Lelalona dan sejumlah tokoh umat serta tokoh masyarakat merintis pembangunan SMP Bode, yang merupakan cikal bakal SMP APPIS Lamalera. Nama Bode sendiri diambil dari nama misionaris SVD pertama di Lamalera.
Baca juga: LSM Barakat Bahas Rencana Kontijensi Hidrometeorologi Lima Desa di Lembata
Mendirikan sekolah memang tidak mudah kala itu. Ada begitu banyak tantangan yang dihadapi supaya sekolah itu tetap eksis. Tempat sekolah mulai berpindah-pindah. Awalnya dari rumah ke rumah warga.
Akan tetapi, menurut Alfons Resing, tantangan terberat yang dialami Yohanes Asa Lelaona dkk adalah pertentangan dengan misionaris barat Pater Arnold Dupon, SVD tentang keberadaan SMP Bode.
Pater Arnold Dupon ingin memisahkan sekolah perempuan dan laki-laki. Tapi, Yohanes Asa Lelaona tetap bersikeras sekolah perempuan dan laki-laki tak boleh dipisahkan. Singkat cerita Pater Arnold akhirnya mengalah.
Pada Juli 1965, sekolah itu dialihkan pengelolaannya kepada yayasan milik Keuskupan Larantuka dan bertahan sampai sekarang dengan 143 siswa dan 14 orang guru. Tahun depan sekolah ini akan merayakan pesta intan atau perayaan peringatan 60 tahun berdirinya SMPS APPIS Lamalera. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM lain di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.