Opini

Opini Wilfrid Babun SVD: Salam Literasi

Di komunitas literasi, dan para pegiat literasi, Salam Literasi itu sangat lazim. Saya tidak tahu persis, kapan ‘Salam Literasi” itu muncul.

Editor: Alfons Nedabang
penakatolik.com
Wilfrid Babun SVD menulis opini: Salam Literasi 

Apresiasi positif Presiden itu menjadi pintu masuk bagi kami untuk ke sesi sharing. Hampir semua mendapat giliran tentu dengan alokasi waktu yang mepet. Semua punya konten yang mirip: tantangan dan terutama kiat-kiat elok dalam dinamika merawat aroma taman baca.

Suasananya menjadi momentum curhat dari pegiat literasi pinggiran, petarung literasi di luar jalur mainstream. Saya teringat sesama pegiat literasi, Vudu Abdul Rahmat.

Dia kirim saya buku: Sepucuk Surat dari Sunyi. Kisah seorang guru SD yang punya passion dan energi hebat berkaitan dengan literasi di sekolahnya.

Pengalaman membuat dia tidak larut dalam kesulitan. Ada yang memberinya petuah; ada yang memberikannya senyum tetapi juga kecut. Setiap peristiwa ada selalu hikmahnya. Makna selalu mendesak orang untuk tidak nyaman ada dalam zona nyaman. Vivere periculosa!

Baca juga: Opini Yohanes Bura Luli: Menjaga Marwah Politik Pemilu

Tilikan Presiden Jokowi sangat kena: Perjuangan tanpa pamrih untuk memutus mata rantai keterbelakangan anak-anak Indonesia. Rantai kebodohan!

Menarik bahwa pertemuan itu diberi nama “silaturahim para pegiat literasi inspiratif”. Saya kira inilah momentum ritual inisiasi boomingnya literasi itu. Literasi, bukan hobi individu, apalagi pragmatis. Tetapi: literasi adalah satu Gerakan Bersama! Ini satu penegasan.

Inspirasinya berawal dari sini. Satu aksi mempunyai powernya yang dasyat, dan itu berawal dari istana negara. Literasi sporadis mesti dibangun dalam semangat kerja kolaboratif. Gemanya menggelegar.

Presiden Jokowi mengilhami dan memberi support untuk kerja sama literasi ini. Literasi pun lalu menjadi pembicaraan di banyak kesempatan oleh banyak pihak. Kalau foto, orang tidak lupa bilang sambil action: ayo, salam literasi!

Ada satu poin penting dari pertemuan itu. Yakni adanya gerakan pengiriman buku gratis ke semua simpul literasi seluruh Indonesia. Dan itu juga, sekali menarik, langsung dimulai oleh Presiden Jokowi.

Kepada peserta pertemuan beliau mengatakan ini: “saya akan mengirim buku 10.000 eks ke setiap titik pegiat literasi”. Tanpa komando, kami langsung applaus. Ruangan pertemuan itu terasa gaduh,walau sebentar. Jokowi memang tidak asal omong.

Beliau irit ngomong, tetapi lebih banyak kerja. Kerja…kerja…kerja! Tangggal 17 , sebagai hari buku Nasional dan ada pengiriman buku gratis setiap bulan. Kita kenal: free cargo literacy/ FCL. Ini intervensi pemerintah dalam gerakan nyata menebar dan menyebarkan virus literasi ke mana-mana.

Apakah waktu sharing atau setelah sharing literasi inspiratif itu kami dapat briefing singkat bagaimana salam literasi itu. Saya juga tidak ingat. Symbol “L” memang ada kaitan erat dengan Literasi. Tetapi juga terbaca “ V”: Viva. Seakan mau bilang: dengan membaca, hidup barulah disebut hidup dalam kepenuhannya. Salam (revo) literasi! (Pegiat Literasi dan Pendiri TBM St,Josef Freinademetz Sumba Barat Daya-NTT)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

 

Sumber: Pos Kupang
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved