Opini
Opini Dony Kleden: Sesat Pikir Politik Pendidikan di NTT
Perlu pak Gubernur dan para kelompok Pro pahami bahwa sesungguhnya tidak ada hubungan korelatif antara kedisiplinan dan bangun pagi-pagi.
POS-KUPANG.COM - Pahlawan nasional Tan Malaka memberi pesan yang sangat baik untuk kita di segala saman. Dia mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan dan memperhalus perasaan.
Wacana masuk sekolah Pukul 05.30 oleh Gubernus Viktor Laiskodat menuai pro kontra. Bagi saya, pro kontra akan sesuatu yang baru itu sangat wajar dan memang demikian karena kebijakan apa pun, dia selalu bersifat dinamis. Juga menjadi wajar karena pro kontra itu juga pada dirinya sendiri menjadi bagian dari proses edukasi dan sosialisasi.
Tetapi persoalan saya bukan di proses pro dan kontra ini. Persoalan bagi saya adalah rasionalitas di balik kebijakan aneh ini.
Perlu pak Gubernur dan para kelompok Pro pahami bahwa sesungguhnya tidak ada hubungan korelatif antara kedisiplinan dan bangun pagi-pagi. Tidak ada hubungan korelatif antara kualitas sebuah Pendidikan dengan bangun pagi dan ke sekolah pagi-pagi.
Dengan kata lain, saya mau katakan bahwa mutu dan kedisiplinan dalam Pendidikan tidak terletak di waktu pagi atau siang atau malam.
Baca juga: Opini Prof Feliks Tans: Surat Terbuka Kepada Gubernur NTT, Menciptakan Sekolah Unggul
Mengapa? Karena entitas kedisiplinan dan mutu sebuah Pendidikan terletak pada konteks dan konten. Mutu dan kedisiplinan hanya berkorelasi dengan produktivitas. Jangan kalian sesat pikir.
Kedisiplinan dan Mutu Pendidikan
Pemerintah Indonesia dan NTT khususnya, sangat perlu belajar bagaimana mengelolah pendidikan dengan baik dan banar, dengan bercermin pada Pendidikan di Finlandia dan Jepang.
Finlandia adalah negara dengan kualitas pendidikan terbaik di dunia. Selain itu Finlandia juga menjadi negara dengan tingkat kebahagiaan tertinggi di dunia.
Menurut data dari PISA, Finlandia menjadi satu-satunya negara yang dimana siswanya memiliki kemampuan literasi dan tingkat harapan hidup yang tinggi.
Hal tersebut dikarenakan Finlandia memiliki kehidupan yang seimbang antara sekolah dan kegiatan sehari-hari.
Di Finlandia juga siswa dibebaskan mengikuti beragam ekskul, dan tidak membolehkan KBM di sekolah lebih dari 5 Jam sehari agar anak-anak mempunyai intimitas emosi dengan orang tua dan keluarga.
Ini juga merupakan bagian pembinaan karakter dan kecerdasan emosional yang sudah mulai ditata sedari awal.
Sementara itu, di Jepang kedisiplinan pada anak-anak tidak dilekatkan pada waktu, karena bagi orang Jepang, waktu hanyalah pilihan diri yang tidak korelatif dengan kedisiplinan diri apalagi mutu sebuah pendidikan.
Berdasarkan hasil survey tahunan dari Best Country Report yang diselenggarakan oleh US News and World Report, BAV groups, dan The Wharton School of the University of Pennsylvania, Jepang menduduki peringkat ke 7 dalam negara dengan sistem Pendidikan terbaik pada tahun 2021.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.