Opini

Opini Yohanes Mau: Memonitoring Politisi Menjaring Pemimpin Berkualitas

Pesta demokrasi tahun 2024 sudah di ambang pintu. Aneka cara sedang dilakonkan oleh para politisi untuk menang dalam pesta demokrasi itu.

Editor: Alfons Nedabang
Kompas.Com/ Priombodo
Ilustrasi Pemilu. Yohanes Mau menulis opini Memonitoring Politisi Menjaring Pemimpin Berkualitas. 

POS-KUPANG.COM - Pesta demokrasi tahun 2024 sudah di ambang pintu. Aneka cara sedang dilakonkan oleh para politisi untuk menang dalam pesta demokrasi itu. Satu budaya yang lazim adalah praktik money politic. Politik bagi-bagi uang menjelang pesta demokrasi itu namanya minus kreatif.

Masyarakat yang menerima uang dari politikus tidak berbobot seperti itu dengan tahu dan mau artinya memberikan ruang dan waktu kepadanya untuk merusak negeri ini dengan sewenang wenangnya.

Mengapa saya katakan demikian? Karena setelah terpilih dan menjabat sebagai pemimpin di suatu daerah dia akan lupa untuk merealisasikan janji-janjinya yang telah digaungkan menjelang pesta demokrasi. Dia akan hanyut memanen di lahan basah tanpa peduli lagi.

Dia lupa menoleh ke belakang untuk berterima kasih. Bahkan mengambil apa yang bukan menjadi hak dan kewajibannya demi kesejahteraan hidup pribadi. Inilah realitas suram di negeri ini.

Sebenarnya sejati politik itu adalah peduli akan kepentingan umum dan menaruh hati secara penuh kepada hajat hidup orang banyak. Di dalam praktik politik pelakon politik semestinya selalu mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi.

Baca juga: Opini Yohanes Mau: Aturan Prematur Masuk Sekolah Jam 5 Pagi

Membeli suara masyarakat dengan membagi-bagi uang adalah praktik politik terkutuk. Namun para politikus musiman yang gagal paham hanya pandai membaca tanda-tanda zaman secara musiman saja.

Menjelang pesta demokrasi mereka mulai berjalan- jalan menjelajahi seluruh pelosok wilayah negeri untuk berorasi dan tunjukkan rasa peduli kepada masyarakat.

Masyarakat disuguhkan aneka bantuan berupa peralatan olahraga, alat musik, alat pertanian, pupuk, bibit, sembako, dan juga amplop yang di dalam berisi uang 50 sampai 100 ribu bahkan lebih dari itu.

Sebelum penyerahan bantuan itu pasti saja ada kata-kata awal sebagai rayuan agar saat demokrasi tiba jangan lupa memberikan suaranya untuk figur ini dan itu.

Masyarakat kecil di daerah pedalaman adalah masyarakat yang minus pendidikan sehingga sajian apa saja yang diberikan diterima apa adanya. Mereka tak mampu membaca sebenarnya ada apa di balik suguhan bantuan musiman itu.

Suguhan yang terjadi menjelang pesta demokrasi terjadi karena pelaku politik musiman hendak menodai kemurnian hakikat dari demokrasi.

Mereka berjuang untuk rugi sebesar-besarnya menjelang pesta demokrasi dan setelah mendapat jabatan maka itulah saatnya untuk mengumpulkan kembali segala yang telah dikeluarkan selama masa menjelang pesta demokrasi bahkan apa yang bukan untuk milik mereka juga diambil dengan segala macam rekayasa laporan.

Baca juga: Opini Yohanes Mau: Hapuslah Air Mata Turki dan Suria

Sehingga tidaklah heran kalau proyek-proyek infrastruktur di daerah-daerah NTT itu sangat buruk. Bangun jalan raya belum satu tahun tapi sudah tidak layak dipakai lagi.

Lantas ke manakah dana anggaran milaran untuk pembangunan infrastruktur yang berkualitas bagi setiap daerah yang dialokasikan oleh pemerintah pusat? Mungkin saja terkandas di saku-saku pengelolah proyek dan para kontraktor.

Segala tipu daya dan pencurian yang terjadi di atas muka bumi ini boleh disembunyi sejauh ujung dunia dan sedalam dalamnya lautan namun Tuhan akan tetap melihatnya.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved