Berita Lembata
Progres Proyek Jalan di Lembata Baru 3,5 Persen, Faktor Alam hingga Medan yang Berat Jadi Kendala
Menurutnya, keterlambatan item pekerjaan pada kuartal pertama ini bukan faktor yang disengaja tapi karena kendala teknis.
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Eflin Rote
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, RICKO WAWO
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Proyek pekerjaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana ruas jalan Simpang Waikomo – Belobatang – Wulandoni yang sedang dikerjakan CV Floresta saat ini mencapai 10,75 persen. Sementara proyek yang sama pada ruas jalan Watugolok Bakan – Paololo – Labala, yang dikerjakan CV Lima Satu baru mencapai 3,5 persen.
Hal ini diungkap oleh Rahman, Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi (RR) pada Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD ) Kabupaten Lembata saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (21/3/2023).
Menurutnya, keterlambatan item pekerjaan pada kuartal pertama ini bukan faktor yang disengaja tapi karena kendala teknis. Ia menjelaskan kendala yang dihadapi oleh para kontraktor saat ini disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah keadaan alam yang kurang bersahabat dan juga medan yang berat.
Baca juga: Panganan Rumput Laut Desa Wuakerong Lembata Makin Dikenal, Pesanan Mulai Berdatangan Dari Luar Pulau
Kondisi inilah yang menyebabkan progres pekerjaan menjadi terhambat. Akibatnya, sampai menjelang akhir triwulan satu, progresnya belum mencapai 15 persen. Namun ia yakin pengerjaan ini pasti selesai tepat waktu.
Hasil pantauan di lapangan, segmen-segmen kritis masih dikerjakan. Kondisi jalan sudah diperlebar sehingga nampak luas.
Sementara talut penahan banjir serta drainase sedang dalam pengerjaan. Apabila kondisi cuaca dan medan memungkinkan untuk dilintasi armada, maka diyakini persentase fisik proyek ini akan semakin meningkat. Apalagi didukung dengan armada yang mumpuni.
Baca juga: Tidak Perlu Pakai Pestisida Kimia, Daun Mimba danTanaman Serai Bisa Kendalikan Hama di Lembata
Rahman berujar, penyebab utama mengapa fisik proyek baru mencapai 3,5 persen dan 10,75 persen dikarenakan faktor alam. Intensitas cura hujan yang cukup tinggi dan stok material pada area kuari diambil cukup jauh dari lokasi proyek menjadi sebab utamanya.
Selain itu, kondisi jalan atau medan yang licin turut memberi andil lambatnya progres pekerjaan. Kondisi ini juga dipersulit dengan keberadaan kedua rekanan yang terlibat dalam pengerjaan proyek PEN di Lembata, sehingga konsentrasi kerja menjadi terbagi.
Faktor-faktor inilah penyebab mengapa proyek di triwulan pertama belum mencapai 15 persen. Namun demikian, Rahman tetap optimis. Menurutnya, waktu yang diberikan untuk pengerjaan proyek ini sampai dengan 5 September 2023, sehingga masih ada waktu untuk penyelesaian.
Baca juga: Satu SPBU di Lembata Kena Pinalti Pertamina
Proyek itu sendiri, dari Simpang Waikomo – Belobatang – Wulandoni, dengan panjang 1.990 meter, menelan biaya senilai Rp.5.408.878.500.
Sementara segmen Watugolok Bakan – Paololo – Labala, dengan jarak 2.980 meter, menghabiskan anggaran senilai Rp.7.780.316.000. Kedua proyek tersebut bersumber dari dana hibah bencana alam, dari pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun fiskal 2022.
Menurut Kabid RR, kedua proyek dengan dana tersebut hanya dikhususkan untuk perbaikan jalan dengan segmen-segmen kritis saja. Untuk paket simpang Waikomo menuju Wulandoni hanya dikhususkan pada 8 segmen kritis di Uruor, Desa Belobatang, Kecamatan Nubatukan.
Sementara pada paket Watugolok Bakan sampai Lebala hanya dikhususkan pada 9 segmen, yakni segmen satu di Desa Tubuk Rajan, segmen 2, 3, 4 di Desa Bakan, Kecamatan Atadei. Sedangkan segmen 5, 6 berada di Desa Doripewut, segmen 7, 8 di Desa Lebaata, Kecamatan Atadei, dan segmen terakhir, 9 di Desa Leworaja, Kecamatan Wulandoni.