Berita Lembata

Progres Proyek Jalan di Lembata Baru 3,5 Persen, Faktor Alam hingga Medan yang Berat Jadi Kendala

Menurutnya, keterlambatan item pekerjaan pada kuartal pertama ini bukan faktor yang disengaja tapi karena kendala teknis.

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/RICKO WAWO
Proyek pekerjaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana ruas jalan Simpang Waikomo – Belobatang – Wulandoni yang sedang dikerjakan CV Floresta saat ini mencapai 10,75 persen. Sementara proyek yang sama pada ruas jalan Watugolok Bakan – Paololo – Labala, yang dikerjakan CV Lima Satu baru mencapai 3,5 persen. 

Dia berharap semua proyek ini selesai tepat waktu, mengingat 9 bulan lama pengerjaan yang diberikan atau 270 hari kalender kerja, terhitung tanggal 5 Januari sampai tanggal 5 September 2023. Waktu yang diberikan begitu panjang, sehingga Rahman meyakini pasti selesai tepat waktu.

“Mereka sekarang sedang kejar bangun pelengkapnya. Kalau bangunan pelengkapnya selesai berarti ikutan berikutnya mereka mulai pemadatan jalan yang kemudian disusul pengerjaan jalan hotmix,” jelas Rahman.

Khusus ruas jalan Watugolok menuju Labala, ada dua produk yang dikerjakan yakni satu produk dengan jarak 1 kilometer menggunakan hotmix sedangkan sisanya 980 meter menggunakan rabat. 

Adapun lebar kedua ruas jalan tersebut rata-rata berjarak tiga setengah meter. 

“Jadi tiga setengah dia punya badan jalan, nanti kita rabat bahunya mungkin lima puluh senti, jelas Kabid RR menjelaskan seraya menambahkan, pada prinsipnya, pembangunan harus lebih baik dari sekarang ini.

Pola pembangunan seperti ini adalah merupakan filosofi pembangunan menurut standar penanganan pasca bencana ala BNPB yang juga termuat dalam peraturan Kepala BNPB Nomor 04 Tahun 2015 tentang Hibah Dari Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah Dalam Rangka Bantuan Pendanaan Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Pasca Bencana.

Karena itu, kedua ruas jalan ini pengerjaannya harus betul-betul berkualitas untuk meyakinkan masyarakat pengguna bahwa jalan yang dilintasi ini dalam kondisi baik. Dengan demikian pengguna arus transportasi barang dan jasa yang melintasinya merasa aman dan nyaman sekaligus mengurangi resiko kecelakaan.

Rahman menjelaskan secara filosofi, bahwa kehadiran proyek ini adalah dalam rangka menggerakkan ekonomi masyarakat.

Baca juga: BPH Migas Temukan Pertamini Ilegal di Lembata, DPRD NTT: Pemkab Setempat Harus Tegas dan Gesit

Masyarakat setempat dilibatkan dari aspek ketenagakerjaannya dan juga bahan material lokal. Kedua hal ini wajib dilakukan sehingga membantu Pemerintah Desa dan masyarakat setempat dalam mengendalikan perputaran uang untuk tetap beredar di masyarakat.

Terkait jalan yang sedang dikerjakan dengan menggunakan dana hibah ini, khususnya pada segmen-segmen kritis dari dan menuju Desa Paubokol, Bupati memerintahkan Asisten III untuk memastikan bahwa pengerjaannya harus dilakukan dan tepat waktu. 

“Harus rapikan dari bawah kesini. Pak As (Asisten III) kawal,” kata Penjabat Bupati kepada Asisten III, Berchmans Dai Wutun yang juga putra asli Uruor, Desa Belobatang.

Penjabat Bupati Jawa memberikan penugasan khusus ini bukan tanpa alasan. Ia melihat ruas jalan Uruor pada segmen-segmen kritis dalam proses pengerjaan oleh CV Floresta membutuhkan pengawasan ekstra sehingga kwalitas pekerjaan bisa terjamin mutunya.

Selain itu, ruas jalan ini menjadi salah satu prioritas kerjanya sepanjang masih menjabat. Hal ini ia sampaikan di sela-sela kegiatan panen jagung bersama Kepala Bank NTT Cabang Lewoleba pada 10 Maret 2023, lalu.

Dengan pernyataan ini, ia bermaksud agar setiap kegiatan harus dikawal pengerjaannya sehingga jalan khusus segmen kritis yang selalu menjadi keresahan masyarakat kedepannya menjadi baik dan aman dilalui.

Selain itu, ia juga menugaskan Asisten III, Kepala BPBD dan Kadis PU untuk memperhatikan tempat-tempat yang belum tersentuh untuk dirapihkan.

Halaman
123
Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved