Semana Santa Larantuka

Semana Santa Larantuka, Rabu Trewa Diwarnai Pukul Tiang Listrik dan Seret Seng Bikin Gaduh

Rabu Trewa dibedakan dari Rabu Abu yang merupakan hari pembukaan atau hari pertama masa puasa/masa prapaskah.

|
Editor: Agustinus Sape
DOK POS-KUPANG.COM
Ini adalah situasi pengadaan tiang-tiang kayu yang akan dipancang di sepanjang rute prosesi Jumat Agung di Kota Reinha Larantuka. Foto diambil pada perayaan Semana Santa 2017. 

Pada hari sama juga Armida (perhentian jalan Salib) dibangun di sepanjang rute Prosesi Jumat Agung.

Sepertinya mulai pada Rabu Trewa juga rute kendaraan yang biasanya melintas di rute yang akan digunakan untuk prosesi perlahan-lahan mulai dialihkan ke Jalan Atas. Dengan pengalihan itu, pergerakan warga juga sudah dibatasi dan mulai fokus ke persiapan perayaan Tri Hari Suci.

Perayaan Rabu Trewa ternyata tidak hanya berlangsung di Kota Larantuka. Di Wureh, Kecamatan Adonara Barat, dan di Konga, Kecamatan Titehena, perayaan Rabu Trewa juga dilaksanakan oleh umat setempat. Hal itu misalnya terlihat pada kegiatan Tikam Turo sebagai tempat untuk menaruh lilin di sepanjang rute prosesi.

 

Di luar Flores Timur tampaknya tidak ada lagi masyarakat yang merayakan Rabu Trewa. Jadi bisa dikatakan Rabu Trewa merupakan perayaan Pekan Suci khas Flores Timur.

Sedikit informasi mengenai bilah kayu pengganti lonceng atau gong selama perayaan Tri Hari Suci, terdapat beberapa nama atau sebutan, yaitu Crotalus atau Keprak atau Klotok.

Crotalus adalah istilah bahasa Latin yang berakar pada kata Yunani Krotalon yang berarti derakan.

Dulunya keprak digunakan secara umum, tetapi dalam beberapa dekade sempat tidak lagi digunakan. Namun, ketertarikan untuk kembali kepada liturgi tradisional membuat pemakaian keprak hidup kembali.

Baca juga: Semana Santa Larantuka, Tuhan Menunjukkan KemahakuasaanNya di Kapela Tuan Ana

Keprak memiliki fungsi yang sama dengan lonceng logam atau gong. Secara umum keprak merupakan alat yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mengeluarkan bunyi ketika diputar atau digoyangkan.

Bahan dasar keprak pada umumnya berupa kayu sehingga suara yang dihasilkan merupakan suara khas kayu yang beradu. "Kletuk ... kletuk ... kletuk .... krek ... krek ... krek."

Pada hari Kamis Putih, keprak digunakan sebagai pengganti lonceng atau gong yang dibunyikan pada konsekrasio (momen perubahan hostia dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus) dan selama perarakan Sakramen Maha Kudus sebagai simbol harapan dan pertobatan umat beriman.

(berbagai sumber)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved