Opini

Opini Destan S Beis: Perlu Tindak Lanjut Iklim Ekstrem dan Bencana di Tahun 2022

Bicara perubahan iklim adalah suatu istilah yang sangat erat kaitanya dengan kenaikan suhu bumi atau pemanasan global.

Editor: Alfons Nedabang
ISTIMEWA
Ilustrasi informasi iklim NTT. Climate Forcaster Pada Stasiun Klimatologi Kelas II Provinsi NTT, Destan S Beis menulis opini Perlu Tindak Lanjut Iklim Ekstrem dan Bencana di Tahun 2022. 

Meskipun tahun 2022 adalah tahun La-Nina, Kota Kupang mengalami suhu ekstrem (>35°C) berturut -turut selama 5 hari yaitu dari tanggal 5-9 oktober 2022, suhu udara harian tertinggi yaitu 36.5 derajat Celcius terjadi juga di Kota Kupang pada tanggal 16 Oktober 2022.

Catatan-catatan iklim ekstrem 2022 menjadi pelajaran berharga bahwa sistim iklim dapat berubah begitu cepat pada ruang skala dan waktu. Pertanyaanya adalah apa yang akan terjadi setelah hattrick La - Nina?

Hattrick La Nina 2022 bukanlah pertama kali. Dari tahun 1950 kondisi ini pernah terjadi di tahun 1973-1974-1975 dan 1998-1999-2000.

Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, setelah La Nina 1973-1975 di pertengan tahun 1976 muncul El- Nino.

Kemudian setelah La-Nina 1998-2020, El- Nino muncul di pertengahan tahun 2002, karena itu perlu diwaspadai bahwa setelah hattrick La-Nina 2022 dimungkinkan El - Nino akan terjadi di tahun 2023 atau tahun 2024.

Baca juga: Opini Hengky Marloanto: Pengaturan Tata Niaga Telur Ayam Ras dan Upaya Peningkatan Gizi Masyarakat

El Nino menimbulkan dampak berupa kekeringan ekstrem akibat rendahnya curah hujan. Fenomena ENSO khususnya El Nino memberikan dampak lanjutan berupa kejadian kebakaran lahan dan hutan.

Bencana Tahun 2022

Tidak jauh beda dengan tahun 2021, pada tahun 2022 kita telah menghadapi beberapa bencana akibat iklim ekstrem yang berdampak pada infrastruktur, kesehatan, pangan, sumber daya air, bahkan merenggut banyak nyawa.

BPBD Provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat bahwa hingga 31 Desember 2022 terdapat 176 kejadian bencana dan sekitar 60 persen didominasi bencana hidrometeorologi yaitu banjir dan longsor.

Bencana tersebut berdampak pada 20.289 jiwa bahkan menimbulkan korban meninggal dunia 18 jiwa.

Salah satu pemicu utama terjadinya bencana banjir dan longsor adalah intensitas curah hujan yang tinggi yang terjadi pada periode yang singkat. Sebagai contoh di awal tahun 2022 terdapat 21 kejadian longsor dan 6 kejadian bencana banjir akibat curah hujan yang tinggi.

Masih hangat juga dalam ingatan bahwa sifat hujan dengan kategori atas normal pada bulan November 2022 menyebabkan 8 kejadian bencana di Pulau Timor dan 8 kejadian bencana di daratan Flores setidaknya kita kehilangan 4 jiwa dan 676 jiwa yang terkena dampaknya.

Diakhir tahun 2022 bibit siklon 90S menyebabkan angin kencang, gelombang tinggi dan curah hujan tinggi di beberapa wilayah NTT sehingga menganggu kegiatan trasportasi, menyebabkan bencana banjir dibeberapa kabupaten seperti Kabupaten Sikka dan Kabupaten Kupang.

Dan masih banyak lagi peristiwa iklim ekstrem di tahun 2022 yang menyebabkan bencana.

Iklim ekstrem akan mengakibatkan penurunan ketersediaan air, perubahan produktivitas tanaman, hilangnya keanekaragaman hayati.

Baca juga: Opini Prof Dr Widodo Muktiyo: HPN 2023 dan Optimalisasi Kompetensi Wartawan

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved