Opini
Opini Arnoldus Wea: Reba, Po Gege dan Milenial
Tiap kampung adat merayakan Reba di waktu berbeda. Di Maghilewa, Watu, dan Jere, Pesta Reba dirayakan mulai tanggal 27-29 Desember.
POS-KUPANG.COM - Kampung-kampung adat di Ngada mengadakan acara Reba dari bulan Desember hingga Februari setiap tahun. Reba adalah pesta adat yang diwariskan turun temurun.
Tiap kampung adat merayakan Reba di waktu berbeda. Di Maghilewa, Watu, dan Jere, Pesta Reba dirayakan mulai tanggal 27-29 Desember.
Reba diisi dengan pertemuan keluarga, meghe (makan bersama) dan tarian O Uwi pada malam hari. Selain itu, masih ada ritual pembukaan dan penutupan. Anak-anak yang lahir dan besar di kampung adat, memiliki kenangan kuat tentang pesta adat ini.
Makan nasi dan daging saat meghe adalah salah satu kenangan penting. Ingatan akan Reba dan meghe menarik anak-anak Ngada di perantauan untuk pulang meski harus menghabiskan banyak uang.
Daging yang dimasak dengan kelapa, daun jeruk, sereh memiliki aroma yang khas boleh jadi tertanam dalam memori banyak orang Ngada.
Aromanya menguat ketika bercampur dengan bau wati, piring yang dianyam dari daun lontar. Mungkin, aroma ini yang membuat orang-orang Ngada di perantauan rindu pulang.
Baca juga: Opini Emanuel Kolfidus: Menyongsong Bonus Demografi
Apalagi wati biasanya tidak dicuci tetapi disterilisasi dengan asap dari tungku rumah adat. Asap menambah kuat aroma nasi dan daging hasil meghe. Pada akhirnya makanan, budaya, dan manusia semuanya benar-benar tidak dapat dipisahkan.
Reba dan Milenial
Reba dapat menjadi saran pembelajaran penting bagi kaum milenial. Po gege robha maru (nasehat dan pesan pagi petang/berulang) tidak bisa dilakukan untuk milenial Ngada di tanah rantau.
Bisa lewat telpon tapi biasanya tidak efektif. Hanya saat kumpul untuk Reba, nasehat dan pesan dapat diulang atau ditegaskan lagi oleh yang dituakan.
Acara Po gege ini menjadi sangat relevan dengan situasi milennial sekarang. Dunia yang kita hadapi semakin kompleks dan penuh tantangan.
Sumber-sumber nilai dan perilaku tidak lagi berasal hanya dari keluarga. Mereka menerima informasi dari banyak sumber. Selain itu, kompetisi ketat dalam berbagai aspek kehidupan merupakan ciri dari zaman yang mereka hadapi.
Kepercayaan, harga diri yang kuat, kemandirian harus dimiliki milenial di zaman yang cepat berubah dan tidak pasti.
Kembali ke akar budaya, kebanggaan akan tradisi, kesadaran akan nilai-nilai kerja keras, persaudaraan dan kekeluargaan yang kuat, dapat membantu mereka menghadapi perubahan zaman.