Opini
Covid-19 dan Model Kepengantaraan Maria Menuju Kristus Tersalib
Bagi umat Katolik, Santa Perawan Maria memiliki peran yang sentral dalam rencana Allah menyelamatkan umat manusia.
Sebelum Khrushchev berpidato di PBB, Uskup Joao Pereira Venacio dari Keuskupan Leiria telah mengirim surat kepada semua uskup di seluruh dunia, meminta mereka berdoa dan melakukan silih atas penghinaan terhadap Hati Yesus dan Maria dan bagi pertobatan Rusia.
Dua belas hari kemudian, ketika orang Soviet akan mengadakan ujicoba terkahir R-16, banyak perwira tinggi militer, para ilmuwan dan politisi berkumpul untuk menyaksikan peristiwa ini. Akan tetapi ada suatu kesalahan yang terjadi dan roket tidak berhasil meluncur. Setelah para teknisi menunggu selama dua puluh menit di bungker, Nedelin memerintahkan untuk mendekati roket.
Ketika lebih dari seratus orang sedang memperbaiki roket, salah seorang secara tidak sengaja menghidupkan mesin misil. Serentak dengan itu terjadilah sebuah ledakan dahsyat yang membunuh lebih dari seratus orang, sebagian besar para insinyur dan perwira militer.
Peristiwa itu dirahasiakan media Soviet, bahkan direkayasa berita palsu bahwa Marshal Nedelin yang tewas dalam kejadian itu, mati dalam suatu kecelakaan pesawat.
Berdasarkan beberapa kisah di atas, dapatlah dikatakan bahwa Maria, Bunda Berbelaskasih, sangat memperhatikan nasib umat manusia. Maria, Bunda penuh rahmat, senantiasa campur tangan dalam seluruh peristiwa hidup umat manusia.
Permintaan Maria, Bunda Terberkati, yang selalu diulang-ulang terutama dalam penampakan di Fatima adalah bertobatlah dan berdoa Rosario.
Permintaan ini paralel dengan Sabda Kitab Suci, “Bertobatlah, kerajaan Allah sudah dekat” (Mat. 3:2; 4:17). Permintaan ini juga dapat disejajarkan dengan seruan ketika kita menerima abu sebagai tanda pertobatan pada Hari Rabu Abu, saat dimulainya masa puasa, yakni “Bertobatlah dan percayalah kepada injil.”
Pengalaman peristiwa Perang Dunia Pertama dan Kedua serta penyebaran Covid-19 yang berdampak masif menunjukkan dengan terang dan jelas bahwa manusia tidak bisa mengandalkan dirinya semata. Mengandalkan kemampuan manusia semata-mata hanya membawa frustrasi. Sebab manusia sebagai individu yang konkret memiliki kelemahan dan keterbatasan.
Pengalaman akan berbagai macam bencana yang menyebabkan duka nestapa di luar batas kemampuan manusiawi itu oleh filsuf Karl Jasper menyebutnya sebagai grens situation atau situasi batas.
Keterbatasan sebagai makhluk yang diciptakan mengarahkan manusia kepada sesuatu yang tidak terbatas. Sesuatu yang tidak terbatas itu dirumuskan dalam bahasa universal sebagai “Yang Tak Terjangkau, Yang Tak Terlihat, Yang Kudus, Yang Suci”. Dalam bahasa kaum beragama disebut Allah.
Di samping itu, kisah-kisah yang telah digambarkan di atas juga hendak mengatakan bahwa Allah, asal dan sumber segala ciptaan, adalah tempat berpaling terakhir umat manusia di kala mengalami ‘situasi batas’.
Allah, yang kerahimanNya tak terbatas dan harta belas kasihNya tak pernah habis, menjadi tumpuan harapan umat manusia. Dengan rumusan yang sederhana, Allah adalah andalan.
Menurut iman Katolik, dikenal pelbagai macam devosi untuk meminta campur tangan Allah dalam setiap peristiwa hidup manusia. Di sini bisa disebut beberapa di antaranya yaitu devosi kepada Allah Tritunggal Mahakudus, Hati Yesus Yang Mahakudus, Kerahiman Ilahi, Bunda Maria, dan masih banyak lagi.
Umat katolik dapat memilih dan memanfaatkan devosi-devosi yang ada untuk berdoa kepada Allah yang cocok dan pas dengan caranya masing-masing.
Tanggal 1 Januari, Gereja Katolik mendedikasikannya untuk Hari Perdamaian Sedunia. Selain itu pada tanggal yang sama pula Gereja Katolik merayakan Pesta Maria, Bunda Allah.
Kedua perayaan penting ini hendak menegaskan pertalian yang erat. Dunia yang sedang merasakan dan mengalami kegelisahan, kecemasan, ketakutan dan kepanikan membutuhkan damai. Gereja mempersembahkan dunia kepada perlindungan Maria, Bunda Allah demi memohon perdamaian.

Seturut permintaan Bunda Maria, setiap umat Katolik boleh berdoa Rosario. Doa Rosario dapat dijalankan oleh setiap umat dan keluarga katolik di rumahnya masing-masing. Sebab Gereja adalah persekutuan umat beriman.
Dengan berdoa Rosario secara bersama-sama menjadi semakin nyata Gereja sebagai sebuah communio. Bunda Berbelas kasih senantiasa memenuhi setiap permintaan anaknya yang dengan tekun berdoa Rosario.
Sebab Bunda Maria sendiri pernah berkata kepada Lucia dalam penampakannya, “Hatiku yang tak bernoda akan menjadi tempat pelarian dan jalan yang menuntunmu kepada Tuhan.”
Lebih lanjut Bunda Maria juga mengatakan, “Hatiku yang tak bernoda akan menang.”
Doa dan novena ini tidak bermaksud mengurangi usaha manusia, akan tetapi justru semakin menguatkan dan meneguhkannya. Sebab Allah sendiri menghendaki proaktif dari pihak manusia dalam karya penyelematanNya. “Iman tanpa perbuatan adalah mati” (Yak. 2:26).
Keajaiban Tuhan tidak pernah mengecewakan umat manusia. “Sebab bagi Tuhan tidak ada yang mustahil” (Luk. 1:37) dan mukjizat itu nyata.
Dalam harapan dan keyakinan iman akan Tuhan, badai Covid-19 akan berlalu.
Maka dari itu, bersama umat beriman perdana, kita berdoa kepada Bunda Allah, Penuh Rahmat dan Berbelas Kasih, “Di bawah perlindunganmu, ya Santa Bunda Allah, kami berlari; janganlah kiranya menolak permohonan kami; tetapi bebaskanlah kami senantiasa dari segala bahaya, oh Perawan yang mulia dan terberkati.” (*)
Arnoldus Nggorong adalah pegiat sosial, alumnus STFK Ledalero
Ikuti berita Pos-Kupang.com di GOOGLE NEWS
Opini
Covid-19
Santa Perawan Maria
Gereja Katolik
Arnoldus Nggorong
POS-KUPANG.COM
Pos Kupang Hari Ini
Bunda Maria
Opini Maksimus Ramses Lalongkoe: Mencari Kontestan Kontes Gagasan |
![]() |
---|
Opini Reinard L Meo: Peristiwa Abu Dhabi dan Dialog dari Hati ke Hati |
![]() |
---|
Opini Thomas Dohu: Pemilih Pemilu Serentak 2024 |
![]() |
---|
Opini Frans X Skera: Makna Pencapresan Ganjar Pranowo |
![]() |
---|
Opini Sarlianus Poma: KTT ASEAN Epicentrum of Growth, The Opportunity for Indonesian Economic Growth |
![]() |
---|