Opini

Covid-19 dan Model Kepengantaraan Maria Menuju Kristus Tersalib

Bagi umat Katolik, Santa Perawan Maria memiliki peran yang sentral dalam rencana Allah menyelamatkan umat manusia.

Editor: Agustinus Sape
FOTO PRIBADI
Arnoldus Nggorong adalah pegiat sosial, alumnus STFK Ledalero. 

Kita pun sebagai anaknya boleh memanggil Maria, Pengantara Rahmat, dengan sebutan ‘Ibu’ sebagaimana kata-kata Yesus, saat sedang dipaku di palang penghinaan, kepada murid yang dikasihi-Nya, Yohanes, “Inilah ibumu!” (Yoh. 19:27).

Dalam Kitab Suci, Maria, Bunda Sang Sabda yang menjelma, menyatakan kepeduliannya kepada saudaranya Elisabet, yang di masa tuanya, sedang mengandung. Kunjungan Bunda Maria yang penuh rahmat itu terasa melegakan dan membawa kegembiraan bagi Elisabet dan anak yang berada dalam rahimnya melonjak kegirangan (Bdk Luk. 1:44).

Kegembiraan Elisabet tampak dalam seruannya, “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” (Luk. 1:42-43).

Elisabet merasa dikuatkan dan diteguhkan dengan kunjungan Maria, Bunda Tuhan, di kala dia dirundung perasaan malu karena telah dianggap mandul.

Dalam pesta perkawinan di Kana pun, Maria hadir membawa harapan ketika para pelayan mulai merasa cemas karena anggur yang disediakan untuk perjamuan kawin itu hampir habis. Lagi-lagi Maria, Bunda yang berbelaskasih, menunjukkan kepeduliaannya dengan tanpa keraguan sedikit pun datang kepada Yesus dan berkata, “Mereka kehabisan anggur” (Yoh. 2: 3).

Meski belum tiba saatnya bagi Yesus, tetapi Bunda Maria dengan imannya yang teguh mengatakan kepada para pelayan, “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” (Yoh. 2:5). Di sini tampak jelas bahwa Maria, Bunda Yesus, menjadi tanda harapan yang pasti dan penghiburan bagi umat Tuhan.

Dalam buku “Pesan Fatima Untuk Kita Saat Ini” karangan Fr, Andrew Apostoll,C.F.R dikisahkan campur tangan Bunda Maria dalam peristiwa hidup umat manusia.

Pertama, Austria (1955). Setelah Perang Dunia II, ketika Rusia sudah menguasai sebagian besar wilayah Austria dan berencana menduduki seluruh negeri itu, Pastor Petrus Pavlicek berdoa kepada Perawan Tersuci, memohon bantuannya menyelamatkan negerinya dari penguasaan Komunis.

Terinspirasi untuk mengampanyekan gerakan doa secara nasional, ia membentuk kelompok-kelompok supaya berdoa Rosario dan berpuasa dengan intensi yang sama.

Ketika situasi kelihatan tanpa harapan, tiba-tiba, secara ajaib, kaum Komunis membatalkan pendudukan atas negeri itu dan menarik pasukannya keluar dari Austria dengan tanpa sebutir peluru pun ditembakkan.

Kedua, Bencana Nedelin (24 Oktober 1960). Uni Soviet membuat sebuah misil balistik antar benua yang dinamakan R-16. Kekuatannya jauh lebih besar dari misil yang dimiliki Amerika dan mampu membawa peluru kendali yang lebih mematikan.

Ketika Presiden Rusia Nikita Khrushchev berpidato di PBB pada 12 Oktober 1960, seorang delegasi Filipina menuduh Rusia sebagai kolonial.

Balasannya, Khrushchev menanggalkan sepatu dan dengan sangat marah menghantamnya ke podium, seraya mengancam Negara-negara kapitalis, “Kami akan mengubur kalian semua.”

Menurut jadwal, uji coba akhir R-16 dilakukan pada 24 Oktober. Hal itu dianggap Khrushchev dapat berhasil mengintimidasi musuh-musuh Rusia.

Halaman
1234
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved