Berita NTT
FKUB NTT Launching dan Bedah Buku tentang Kerukunan Umat Beragama Dalam Kearifan Lokal
FKUB NTT launching dan bedah buku tentang Menemukan Nilai Kerukunan Umat Beragama Dalam Kearifan Lokal Masyarakat NTT.
"Dalam kehidupan kita sehari-hari kenyataan yang paradoksal Bahkan manusia sendiri adalah makhluk paradoksal. Dia menciptakan, mewariskan kearifan-kearifan dalam konteks yang senantiasa berubah. Maka pada titik ini kearifan lokal selalu bisa dipandang dari tiga sisi yakni, basis filosofis, normatif dan juga pada basis empirik," paparnya.
"Kami selaku editor mencoba merajut tulisan yang berasal dari para tokoh agama dan juga tokoh-tokoh budaya yang berasal dari kebudayaan yang berbeda, yang coba mengungkap apa yang merupakan simbol, tanda & lambang dalam masing-masing budaya,"
"Nilai-nilai dan makna-makna penggalian nilai-nilai kerukunan pada masing-masing budaya yang memiliki keunikan-keunikan yang senantiasa menarik untuk ditemukan untuk diteliti dan menjadi sebuah kekayaan dalam membangun karakter di Indonesia," lanjutnya.
Selain itu, kita juga membangun karakter ke NTT dan kita temui ada perbedaan-perbedaan tapi sekaligus juga kesamaan kesalahan dalam pola relasi yang bersifat vertikal dengan leluhurnya.
Sementata, Felisianus Efrem Jelahut, dalam catatannya mengatakan bahwa NTT memiliki ‘cara’ tersendiri bagaimana memaknai keberagaman multikultural demi membuahi toleransi dan keberimanan.
"Nilai tertinggi dalam hal kerukunan antar umat beragama ditempati oleh Provinsi NTT dengan nilai indeks sebesar 83,3 persen Kota Kupang. NTT merupakan daerah yang menjadi cerminan kerukunan umat beragama karena masih terjaganya keharmonisan dalam kehidupan beragama,"ujarnya.
Menurut, Dosen muda Fisip Undana tersebut, hal tersebut ditandai adanya perhatian terhadap kearifan lokal masyarakat setempat dalam menjaga kerukunan umat beragama.
Selain itu, Pluralitas agama di Nusa Tenggara Timur terjaga dengan baik karena adanya implementasi kearifan lokal (local wisdom) yang masih berlangsung sampai sekarang.
"Kearifan lokal merupakan cara yang begitu penting dalam pembangunan bangsa, maka dalam penting untuk memaknai kerukunan umat beragama juga sebagai suatu ke-arifan lokal. Kerukunan, keakraban, dan kedamaian antar sesama manusia didik menjadi suatu daya tarik sendiri yang harus dirawat bagi, sebab kebanyakan terjadinya konflik itu disebabkan seluruh komponen belum mampu merawat dan menjaga kearifan lokal untuk saling hidup berdampingan, rukun, dan damai walaupun dalam keadaan berbeda agama,"paparnya.
Dikatakannya, tulisan- tulisan dalam buku ini hendak membahas tentang kerukunan dari berbagai perspektif, baik agama maupun budaya yang berlatar kearifan lokal.
Baca juga: Ketua FKUB NTT Ajak Umat Islam Berbagi pada Idul Adha
"Aneka perspektif ini menunjukan bahwa kerukunan telah ada dalam kehidupan masyarakat Nusa Tenggara Timur yang cukup majemuk. Oleh karena itu penerbitan buku ini merupakan sebuah upaya dalam membuktikan bahwa Kearifan Lokal Mengakarkan Religiusitas, Menyemai Toleransi, Membuahkan Keberimanan didalam sanubari masyarakat Nusa Tenggara Timur. Harapan bersama yang tetap bersemi di hati masyarakat NTT adalah agar bumi NTT tetap menjadi Nusa Terindah Toleransi,"tutupnya.
Pembedah, Dr. Maria Theresia Geme, sangat mengapresiasi kepada penulis yang sangat luar biasa.
"Buku seri 3 ini tidak kurang nilainya seperti seri 1 dan seri 2. Semua penulis luar biasa. Nah, mengapa FKUB mempertemukan aspek budaya dan aspek agama itu yang harus dipertemukan tentang merahnya," ujarnya.
"Apakah karena mereka berteman atau mereka bermusuhan. Tidak selalu menghidupkan yang satu kemudian yang lainnya tertutup. Oleh karena itu FKUB sangat bagus memadukan dua sisi ini untuk masing-masing bisa menemukan nilai-nilai ideal yang ada pada kearifan lokal, baik dari kacamata agama maupun dari kacamata budaya,"ujarnya.
Selain itu penulisan tiga buku tersebut bisa mempererat pertemanan antara agama dan budaya, ketika mereka berkolaborasi untuk menciptakan kemakmuran.