Berita Ende
Menuai Berkah dari Sisa Energi Fosil PLTU Ropa Ende
Maria sudah sejak lama memimpikan rumah yang layak huni. Tapi belum kesampaian karena keterbatasan ekonomi.
Penulis: Laus Markus Goti | Editor: Eflin Rote
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Laus Markus Goti
POSKUPANG.COM, ENDE - "Saya sangat bersyukur. Saya dan anak - anak nyaman tinggal di rumah baru ini. Tuhan telah menjawab doa saya, lewat orang-orang yang peduli.”
Maria Theresia Sensi (43) meluapkan kegembiraan saat menempati rumahnya yang baru di Lingkungan Bhoanawa, Kelurahan Rukun Lima, Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende pada akhir Desember 2021 lalu.
Rumah itu terlebih dahulu diberkati oleh Pastor Paroki Santo Dominikus Bhoanawa, Romo Domi Nong, Pr.
Baca juga: PLTU Ropa Ende Produksi 40 Ribu Batako dari Faba Bisa Untuk Bedah Rumah Masyarakat Miskin
Maria sudah sejak lama memimpikan rumah yang layak huni. Tapi belum kesampaian karena keterbatasan ekonomi.
Barulah pada September 2021, program 'Bedah Rumah PLN Peduli' mewujudkan mimpinya itu. “Saya sama sekali tidak pernah menyangka akan menerima bantuan bedah rumah," kata Maria.
Sejak menikah dengan Marselinus Wiki, pada 2003 silam, keduanya tinggal di rumah sederhana, beratap seng, berdinding bambu dengan ruangan yang sempit pula. Maria dan Marselinus dikaruniai empat orang anak.
Mereka berniat memperbaiki rumah. Maria menabung dari hasil kerja sebagai guru honorer, sementara Marselinus banting tulang sebagai buruh bangunan.
Malangnya, mimpi memperbaiki rumah buyar karena Marselinus meninggal dunia pada 2018 lalu, akibat sakit.
Tinggal Maria, berjuang sendiri menafkahi keempat anak mereka. Jangankan memperbaiki rumah, memenuhi kebutuhan rumah tangga setiap hari saja, Maria kewalahan.
Maria juga harus membiayai kuliah dan sekolah keempat anaknya. Demi bertahan hidup, Maria mencari penghasilan tambahan.
Baca juga: Lambok Siregar Sebut PLTU Ropa Ende Tidak Diwajibkan Memiliki Amdal, Ini Alasannya
Pendapatannya sebagai seorang guru honorer tidak cukup. "Saya sudah empat belas tahun guru honor, harap gaji yang diterima tiga atau empat bulan sekali tentu tidak bisa," ujarnya.
Saban pagi, Maria bergegas ke pasar untuk membeli sayuran dan bahan-bahan lainnya, yang kemudian dimasak, lalu dijual kepada rekan guru atau murid di sekolah.
"Saya harus seperti ini untuk bertahan hidup. Mau perbaiki rumah, ya jelas tidak bisa, kebutuhan sehari-hari saja susah. Tapi saya selalu berdoa, mohon belas kasih Tuhan," ungkapnya.
Siapa sangka, mimpi Maria yang sudah bertahun-tahun terkubur, akhirnya terjawab melalui program Tangung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), sinergi antara Keuskupan Agung Ende, Pemkab Ende dan PLN UPK Flores.