Berita Timor Tengah Selatan
Peneliti Muda Gelar 'Beta Pung Kampong' di TTS Suarakan Lahan Berkelanjutan
peneliti muda tersebut menyajikan temuan dan aspirasi mereka kepada masyarakat dan para pemangku kepentingan dalam acara Beta Pung Kampong
Masalah utama yang dihadapi daerah ini yakni tingkat kemiskinan dan stunting yang tinggi yaitu 28,3 persen. Selain itu, masalah topografi dan geografis menjadi sesuatu yang penting untuk diperhatikan.
Baca juga: Sasar Penyandang Disabilitas, Bawaslu Timor Tengah Selatan Gelar Sosialisasi
"Pertemuan hari ini diharapkan menjadi waktu yang tepat untuk bisa menemukan solusi untuk masalah ketahanan pangan yang dihadapi," katanya.
Pantauan Pos Kupang, sesi diskusi menghadirkan empat PML untuk berbagi informasi dan pengalaman.
Disampaikan bahwa sektor pertanian, perkebunan dan peternakan adalah sektor andalan di Kabupaten Timor Tengah Selatan, yang sebagian besar pengelolaannya dilakukan oleh perempuan.
Dampak dari perubahan iklim cukup dirasakan oleh masyarakat TTS, di antaranya berkurangnya sumber air juga pola tanam berubah, dan kaum perempuan menjadi kaum paling rentan terkena dampak karena tugas mereka dalam rumah tangga menjadi bertambah.
Mereka harus memastikan kebutuhan pangan dan air keluarganya tercukupi, diantaranya dengan menanam berbagai sayur-sayuran, memelihara ayam, juga mencari kayu untuk kayu bakar.
Baca juga: DPRD Timor Tengah Selatan Alokasikan Dana Rp 3,4 Miliar Buat 328 Guru P3K
Hal ini dilakukan guna pemenuhan protein dan gizi keluarga dan banyak perempuan di TTS juga menenun untuk dapat dijual.
Peran ganda yang dilakukan perempuan juga terjadi, selain mengurus kebutuhan Rumah tangga, mengelola keuangan keluarga, banyak juga kaum perempuan yang melakukan pembersihan lahan kebun, pemeliharaan tanaman dan pepohonan, bahkan turut dalam proses penjualan hasil kebun, seperti asam dan kemiri.
“Stigma ‘perempuan tahan lapar’ adalah stigma yang bisa membunuh perempuan,” Kata Marlinda Nau dari Lakoat Kujawas yang hadir sebagai salah satu narasumber.
Disampaikan, pengetahuan tentang pangan alternatif dengan sendirinya telah hilang. Protein tidak harus berasal dari hewan, tetapi bisa diganti dengan protein nabati dengan kacang-kacangan.
Dia menyebut, Karbohidrat pengganti beras pun bisa didapatkan.
Baca juga: Persoalan Besipae Timor Tengah Selatan Belum Selesai, ITA PKK Minta Pemprov NTT Duduk Bersama
"Perempuan paling banyak bisa mengakses hutan, karena makanan berasal dari perempuan," imbuhnya.
Dia berpesan, tindakan seperti pemberian pestisida pada tanaman pun perlu diperhatikan dan dibatasi. (Din)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS