Opini
Opini: Dirgahayu Pos Kupang
Hari ini, Surat Kabar Harian Pos Kupang menandai hari spesial dalam angka 30. Bila dilihat secara sepintas, 30 tahun adalah waktu yang teramat cepat.
Sebuah media cetak yang masih eksis di tengah menjamurnya persaingan media daring, indikator media tersebut mau dan siap untuk terdisrupsi.
Terkadang terdisrupsinya sebuah perusahaan bukan karena resesi, melainkan terdesak oleh tuntutan pelanggan yang on demand. Adanya disruption menyadarkan para pengusaha bahwa, yang memiliki mental penumpang (menunggu) akan mudah tergerus oleh yang on demand dan lambat laun, usahanya akan mati.
Di tengah maraknya media daring tersebut, Pos Kupang justru memperbaiki kualitasnya dengan mengurangi kolom opini dari dua judul menjadi satu judul sehari, dan merubah kolom opini dari senin sampai sabtu menjadi senin sampai jumat.
Perbaikan kualitas ini di satu sisi baik, karena akan menghasilkan penulis-penulis berkualitas yang mengisi kolom ini. Namun, di sisi lain para penulis berkualitas adalah juga orang-orang yang itu-itu saja. Jika penulis kolom ini hanya orang-orang itu saja, maka pada suatu titik mereka akan mengalami kelesuan karena sudah sering menulis di media yang sama.
Atas dasar itu, pada usia yang bernas ini, sesekali Pos Kupang menginisiasi perlombaan menulis opini untuk melahirkan penulis-penulis baru di kalangan sekolah, kampus, wanita dan umum. Biarlah para kontributor rutin menjadi juri.
Tulisan yang baik akan mendapatkan apresiasi, entah opininya dimuat di kolom ini atau dalam bentuk lain yang dapat merangsang banyak orang untuk menulis. Karena ketika seseorang ingin menjadi penulis yang baik, ia akan meningkatkan kualitas dirinya sebagai pembaca yang baik.
Baca juga: Opini : Beragama yang Baik dan Benar
Sejauh yang saya ikuti dari media-media ternama di tanah air, para kontributor opini yang karyanya belum layak dimuat di media tersebut, pihak media akan mengembalikan dengan sejumlah catatan/kriteria untuk diperbaiki di kemudian hari.
Hal ini menjadi jelas bagi pemilik opini bahwa, naskahnya belum layak untuk dimuat, dan yang bersangkutan berkesempatan memilih media lain yang cocok untuk jenis tulisannya.
Berdasarkan pengalaman saya, hal ini tidak dilakukan oleh Pos Kupang sejauh ini, sehingga naskah tersebut berpeluang termuat dobel di beberapa media sekaligus dalam waktu yang sama.
Kesannya sederhana, bahwa Pos Kupang belum menyiapkan format dan kriteria khusus untuk kolom ini. Dengan demikian, ada kepastian dari kontributor mengenai opininya termuat atau tidak.
Mendiamkan naskah kiriman kontributor dan memuatnya secara diam-diam adalah cara lain yang dilakukan Pos Kupang untuk mengaktualisasikan hakikatnya sebagai pemilik opini yang kompetitif. Namun, sebenarnya cara ini kurang komunikatif sebagai media yang hakikatnya komunikasi massa dan komunikasi sosial.
Semoga kehadiran bentuk daringnya sudah mendapatkan pembaharuan berupa komunikasi timbal balik yang baik antara kontributor opini dan pihak Pos Kupang. Dan semoga di usia yang baru ini, media ini semakin dibaharui secara terus-menerus oleh kritikan konstruktif lainnya. Selamat ulang tahun Pos Kupang. Dirgahayu! (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS