Wawancara Eksklusif

Bupati Belu Agustinus Taolin: 100 Persen Masyarakat Boleh Gunakan KTP Untuk Berobat Secara Gratis 

100 persen masyarakat Kabupaten Belu bisa mendapatkan pelayanan pengobatan gratis hanya dengan membawa kartu identitas diri seperti KTP

Penulis: Michaella Uzurasi | Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/MICHAELLA UZURASI
PODCAS0 - Bupati Belu, dr. Agustinus Taolin bersama jurnalis Pos Kupang, Ani Toda dalam acara Pos Kupang Podcast, Minggu 13 November 2022. 

Bagi masyarakat Belu yang punya identitas Belu di seluruh Indonesia, untuk pelayanan-pelayanan yang sesuai dengan aturan di BPJS dan tentu sesuai dengan mekanisme kalau perlu rujukan ya rujuk kecuali dia sakit darurat itu bisa di mana saja dan dia mengeluarkan KTP saja.

Kita punya contoh, di Malang, ada mahasiswa di sana dia sakit usus buntu, itu termasuk penyakit yang darurat, tidak gawat tapi darurat. Dia datang ke UGD (Unit Gawat Darurat) dengan radang usus buntu akut dan dia menggunakan fasilitas KTP dan dia dioperasi dan tidak bayar. Tentu sekali lagi, tidak bisa saya pilih mau tidur di VIP, jadi satu untuk seluruh masyarakat Belu, untuk seluruh penyakit kecuali yang dikecualikan.

Apa yang dikecualikan? 

Yang dikecualikan ini kecelakaan, kekerasan dalam rumah tangga, narkoba, bunuh diri itu tidak ditanggung ya, tapi penyakit selain itu yang sesuai dengan regulasi dan kemampuan fasilitas kesehatan yang ada akan dibiayai dan beberapa ada pembatasan-pembatasan tapi itu pembatasan secara nasional, bukan kita yang membatasi, yang seperti saya sebutkan tadi jadi cakupannya untuk seluruh orang untuk seluruh penyakit. 

Bagaimana Pemerintah Kabupaten Belu menyiapkan anggaran pengobatan gratis? 

Seperti yang saya sebutkan tadi, ini anggaran kan ada dua, APBN dan APBD. Setiap tahun kita selalu mendata kembali, memverifikasi kembali masyarakat kita yang tidak mampu dan meneruskan itu ke pusat sehingga orang-orang yang, minta maaf, berkekurangan ini selalu kita masukkan di dalam APBN ini.

Bagi yang tidak masuk oleh karena pertimbangan tertentu dari pusat sesuai data ini, akan kita biayai dengan APBD II. Kita anggarkan kemarin 1 bulan kira-kira Rp 2 miliaran lebih untuk membayar BPJS dan kita memberikan pelayanan kepada masyarakat dan seluruh pelayanan itu, apa saja, di kabupaten maupun di luar kabupaten dan kita mengklaim kembali biaya itu terutama biaya-biaya yang besar, operasi usus buntu, operasi caesar, cuci darah, sekarang kita punya unit jantung dengan dokter jantungnya.

Kita punya endoskopi saluran cerna dan kenyataannya hari-hari ini pemerintah Kabupaten Belu membayar Rp 2 miliar per tahun kepada BPJS tetapi kita klaim kembali hampir Rp 3 miliar.

Artinya dengan meningkatkan kualitas pelayanan dan jenis pelayanan yang baik atau di pusat pelayanan kesehatan kita punya dan seluruh data klaim itu baik dengan cara dan prosesnya yang baik dan benar maka kita akan mendapatkan uang yang kita serahkan atau kita bayarkan untuk masyarakat itu dikembalikan oleh BPJS lewat klaim dan itu menjadi keuntungan untuk kita dan pembiayaan-pembiayaan lanjutan.

Jadi dari sisi anggaran kita terbantukan dengan tadi pengalihan ke penerima bantuan iur dari APBN, yang kedua, kita meningkatkan kualitas pelayanan dan alat bantu pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat sehingga kita mengklaim kembali dana-dana yang kita bayarkan ke BPJS untuk dikembalikan dan dipakai lagi untuk masyarakat kembali dengan menyediakan sarana prasarana, membiayai SDM di bidang kesehatan dan lain-lain. 

Bagaimana dengan persediaan obat-obatan untuk pengobatan gratis

Itu salah satu bagian dari pengendalian kualitas jadi kendali biaya kendali mutu. Kendali biaya tadi yang saya sudah jelaskan, kendali mutu salah satunya dibidang diagnostics dan treatment bahkan rehabilitasi. Jadi di bidang treatment salah satunya adalah obat.

Nah ini yang kita dengan Dinas Kesehatan atau kita minta Dinas Kesehatan dan rumah sakit, perencanaan obat untuk penyakit yang paling banyak bahkan yang ditemukan di kabupaten itu perencanaan harus baik karena kalau kita gagal di perencanaan obat, tidak sesuai dan belanja obat tidak sesuai, yang diterima masyarakat ternyata selalu kurang.

Oleh karena itu dengan anggaran yang tadi kita alokasikan untuk pembiayaan pembelian obat dan bahan habis pakai. Bukan hanya obat, bahan habis pakai, sarung tangan, alat untuk segala macam di rumah sakit, betadine untuk kebutuhan operasi, kebutuhan cuci tangan, fasilitas pemeriksaan, itu semua. Alat, obat, bahan habis pakai, kita rencanakan semua baik.

Kalau kurang memang pasti ada kurangnya tetapi dengan perencanaan baik harusnya kekurangan itu bisa diminimalisir dan masyarakat bisa mendapatkan pelayanan yang baik terutama sekali lagi untuk penyakit-penyakit dasar. Penyakit dasar yang paling banyak ini kan sepuluh besar tidak bergeser dari penyakit-penyakit infeksi di mana saja, penyakit metabolik, diabetes, hipertensi, penyakit jantung, penyakit gula dan seterusnya. 

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved