Opini

Opini : Memperkuat Imunitas Bahasa Daerah

Covid-19 merangsek masuk menyerang hampir semua sendi kehidupan manusia. Tidak ketinggalan, pandemi tak bertuan itu menyerang Indonesia.

Editor: Alfons Nedabang
POS-KUPANG.COM/HO
Ilustrasi peta bahasa Kemdikbud. Opini : Memperkuat Imunitas Bahasa Daerah. 

Oleh : Alexander Bala Gawen

Universitas Flores Ende

POS-KUPANG.COM - Semenjak pandemi Covid-19 melanda dunia, tak diduga bahwa kehidupan manusia global menjadi rapuh. Covid-19 merangsek masuk menyerang hampir semua sendi kehidupan manusia. Tidak ketinggalan, pandemi tak bertuan itu menyerang Indonesia.

Saat itu pula, para virolog dan pemerintah mengimbau masyarakat untuk taat protocol kesehatan dan senantiasa menjaga imunitas tubuh dengan berolahraga, mengonsumsi vitamin dan makanan bergizi, berpikiran positif, serta berbagai upaya lainnya.

Bahkan, program vaksinasi massal yang giat dilaksanakan sekarang bertujuan membentengi diri dan memperkuat imunitas komunitas sosial menjadi solusi efektif menangkal lajunya penularan covid-19 dengan aneka varian yang mungkin bakal terjadi.

Analogi ganasnya pandemi covid-19 tersebut, jika kita tarik ke dalam lingkup menelisik keberadaan bahasa ibu, maka minimal terdapat dua pertanyaan yang diajukan untuk menguji keberadaan bahasa-bahasa daerah kita.

Pertama,seberapa kuat daya “imunitas” (meminjam istilah kesehatan) bahasa daerah terhadap terjangan dan gempuran bahasa-bahasa lain, termasuk kelincahan berbahasa multimedia generasi muda kita sekarang?

Baca juga: Opini : Demokrasi, Disinformasi dan Skeptisisme

Kedua, adakah upaya-upaya strategis untuk mempertahankan atau memperkuat imunitas bahasa daerah bagi generasi muda agar tetap bertahan hidup di tengah geliat perkembangan teknologi dan komunikasi yang serba cepat.

Bahasa Daerah sebagai Rumah Asal

Bahasa daerah adalah rumah asal atau rumah bersama memulai kehidupan. Dari rumah inilah simbol-simbol cultural dan kelindan nilai-nilai humanitas paling hakiki mulai ditanam sekaligus diinternalisasi sebagai bekal bagi seorang anak mengarungi hidupnya.

Dalam konteks demikian, bahasa daerah selalu menampilkan wajah jati diri bagi seseorang. Itulah sebabnya, bahasa daerah telah menjadi tradisi leluhur yang paling monumental untuk layak dihidupi dari waktu ke waktu.

Jika bahasa daerah dianggap sebagai rumah asal, bahkan tanah air pertama, maka para penutur, terutama generasi muda pantas mengikatkan sumpah untuk setia dan loyal mengkampanyekan tidak saja bahasa Indonesia, namun juga bahasa daerah sebagai wahana filosofis yang padat dengan pandangan dan modal sosial hidup bermasyarakat.

Meneguhkan semangat dan menebalkan imunitas bahasa daerah sebagai bahasa ibu semakin memberi infuse vitalitas hidup bahasa daerah tersebut.

Dalam banyak hal kita patut berkeyakinan bahwa bahasa daerahlah mengandung gagasan dalam mengungkap sesuatu. Dalam banyak hal pula, bahasa daerah banyak memberi inspirasi dan jalan keluar mengambil keputusan dalam memecahkan masalah atau konflik sosial dalam masyarakat.

Baca juga: Opini : Kekuatan Kata-Kata, Berkat atau Kutuk

Keyakinan dan keakurasian jalan keluar tersebut tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Karena itulah, bahasa daerah dianggap lebih “bertenaga” dan memiliki daya kontekstual sehingga lebih cepat dipahami oleh kelompok atau komunitas-komunitas tertentu.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved