Opini
Opini : Memperkuat Imunitas Bahasa Daerah
Covid-19 merangsek masuk menyerang hampir semua sendi kehidupan manusia. Tidak ketinggalan, pandemi tak bertuan itu menyerang Indonesia.
Keyakinan dan pengetahuan local inilah menjadi daya dorong elaborasi bahasa daerah, baik sistemnya maupun secara fungsional. Dengan demikian, imunitas bahasa daerah sebagai bahasa ibu yang selalu menyimpan pengetahuan local kemanusiaan, bahkan mampu menggambarkan realitas semesta manusia, kebudayaan, dan alam sekitar sebagai rumah berpijak.
Jika ingin bertahan hidup di tengah tumbuh suburnya bahasa multimedia sekarang ini, maka imunitas bahasa daerah terus diupayakan, terutama ketahanan berbahasa daerah di kalangan generasi muda.
Pemerolehan bahasa ibu jika dibiarkan terus berlangsung secara alamiah, maka lama-kelamaan bahasa daerah akan mengalami kematian. Apalagi hegemoni bahasa Indonesia dan bahasa asing lainnya yang sangat besar di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat menjadi factor lambatnya perkembangan bahasa daerah.
Oleh karena itu, ada semacam pengaturan penggunaan bahasa daerah dalam masing-masing komunitas untuk menjamin keberlanjutan bahasa daerah dimaksud. Lingkungan keluarga diharapkan menjadi tonggak pewarisan bahasa daerah.
Mengatur secara bijak keseimbangan penggunaan bahasa daerah di rumah, bila keluarga heterogen. Atau, menghadirkan pihak lain, seperti sanak saudara dan anggota keluarga ibu untuk membelajarkan bahasa daerah pada anak-anak.
Secara makro, kampanye-kampaye pembangunan dan kesehatan, misalnya disampaikan dalam bahasa daerah untuk menjamin tersampainya pesan dengan baik. Sebab, secara sosiologis kita patut menduga bahwa kegagalan sebagian pembangunan disebabkan karena ketidakpahaman bahasa aturan atau regulasi pemerintah.
Melibatkan generasi muda untuk sosialisasi kebijakan pembangunan dalam beragam bahasa daerah dengan animasi dan ragam percakapan yang familiar dengan keseharian masyarakat vernakular. Ini adalah keniscayaan menumbuhkan rasa percaya diri dan loyalitas generasi muda atas bahasanya sendiri.
Hemat saya, langkah ini sebagai upaya strategis yang perlu dilaksanakan sebagaimana kritik pembangunan yang pernah disampaikan oleh filsuf Tiongkok Kong Hu Cu ketika ditanya muridnya tentang apakah yang ingin dialakukan setelah menjadi pemimpin.
Menurutnya, bahasalah yang pertama-tama ingin diaperbaiki (Rampung, 2005:viii). Bahwa bahasa mencerminkan sekaligus menjamin keberesan relasi antarmanusia dan antaretnis dalam masyarakat. Relasi keakraban masyarakat tersebut tertanam dalam bahasa daerah kita masing-masing. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.com di GOOGLE NEWS