Wawancara Eksklusif
Wawancara Eksklusif Prof dr Zubairi Djoerban : Penderita HIV/AIDS Jangan Putus Obat (Bagian-1)
Pionir penanganan HIV/AIDS di Indonesia Prof dr Zubairi Djoerban angkat bicara soal merebaknya kasus HIV di wilayah Jawa Barat.
Pada saat itu kita bisa meyakinkan menteri keuangan mengeluarkan surat bahwa ada pengiriman obat dari luar tidak perlu bea cukai. Nah pada berikutnya sampai di RS Cipto, kemudian didistribusi, jadi sempat kita diskusi di banyak tempat, pada akhirnya pemerintah ambil alih, dan digratiskan.
Jadi pada waktu itu kombinasi murah, kalau beli sekitar Rp200-300 ribu. Ada juga kombinasi yang Rp800 ribu. Nah sekarang tersedia gratis, tersedia di banyak tempat tidak hanya di RS, tapi juga Puskesmas.
Obat HIV/AIDS itu produk kita atau impor?
Sebagian produk kita. Dan rata-rata yang meninggal dulu itu kalau minum obatnya teratur kebetulan pasien saya yang awal itu, yang mengandung, sehingga bisa periksa jumlah virus. Namun rata-rata dalam waktu 3 bulan jumlah virusnya 50-100 ribu ada 1 juta lebih itu langsung menjadi amat sangat rendah. Kurang dari 200 untuk tidak terdeteksi. Tidak lagi menular dan tidak lagi sakit.
Prof, apakah orang-orang yang sedang penyembuhan tidak boleh melakukan interaksi seksual? Atau kapan saatnya?
Dulu ada pasien bilang aku mau nikah, saya bilang calonmu sudah tau belum (pengidap HIV)? Belum kata dia, takut lah dok nggak jadi (nikah). Nikah boleh, tapi harus dipantau karena konsekuensinya istri bisa tertular.
Menikah memang hak setiap orang jadi tentu, kalau dua-duanya paham dia bisa tertular dan meninggal, ya itu hak mereka. Paling lama enam bulan virusmu akan tidak terdeteksi, dan Anda tidak lagi menular, karena itu keturunan tidak tertular. Jadi ditunda dulu 3-6 bulan. (tribun network/reynas abdila)