Wawancara Eksklusif

Wawancara Eksklusif Prof dr Zubairi Djoerban : Penderita HIV/AIDS Jangan Putus Obat (Bagian-1)

Pionir penanganan HIV/AIDS di Indonesia Prof dr Zubairi Djoerban angkat bicara soal merebaknya kasus HIV di wilayah Jawa Barat.

Editor: Alfons Nedabang
TRIBUNNEWS.COM
Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dan Prof dr Zubairi Djoerban, pioner penanganan HIV/AIDS di Indonesia saat Wawancara Eksklusif fi Jakarta Breast Center, Jumat 2 September 2022. 

Iya jadi penerawang kami ternyata ada banyak yang ternyata dari hubungan seksual saja. Jadi riwayatnya waktu itu dari Amerika Los Angeles, San Francisco, New York, New Jersey yang di sebelah sana kebanyakan teman-teman muda di kalangan laki sama laki.

Kalau yg di New York dan New Jersey kebanyakan penggunaan narkotika. Jadi gampang ketahuan. Dan gampang ketahuan lagi ternyata bisa lewat laki ke perempuan. Dan kemudian makin banyak ditemukan di Afrika dan di hampir semua benua akhirnya.

Dan ternyata penularan laki ke perempuan dan perempuan ke laki, jauh lebih banyak daripada penularan homoseksual dan dalam tanda kutip orang yang lain seksual, bisa hetero bisa mono, kemudian narkotik, dan ketiga lewat transfusi darah.

Jadi waktu itu pasien-pasien hemofilia mendapatkan faktor 8 ini intinya adalah donor dikumpulkan banyak kemudian diolah, ketika tercemar satu, maka semuanya kena, banyak di indo kasus yang saya tangani dengan hemofilia.

Kemudian, setelah cara tesnya, sekarang proses untuk faktor 8 sudahi, dan darah yg keluar dari PMI dan program transfusi darah manapun disaring bersih, 99,9 persen tidak bisa 100 persen tapi bisa dikatakan semuanya tidak terjadi penularan.

Nah keempat, jadi kalau seorang ibu tertular hiv dan dia hamil, disitu resiko bayinya tertular itu antara 20-30 persen. Namun kemudian kalau Ibu ini minum obat maka resiko penularan nol.

Sekarang di banyak negara bagian di Amerika tidak ada lagi bayi lahir dari ibu yang positif yang tertular karena si Ibu minum obat. Namun kenyataannya di Indonesia berbeda karena Ibu ini ternyata tidak semua ibu hamil tes HIV itu yang terjadi di kita dan penularan di layanan kesehatan (jarum suntik).

Jadi misalnya menyuntik seseorang setelah suntik jangan ditutup lagi nah proses penutup ini kemudian bisa meleset. Jadi sekarang tidak boleh lagi, recapping, menutup kembali spet ke tutupnya. Itu yg kelima.
Dari kelima itu yang paling tinggi persentasenya yang mana (penularan)? Yang paling tinggi dari laki ke perempuan, perempuan ke laki, heterogen. Penularan seksual.

Apakah fenomena LGBT di Indonesia yang semakin hari semakin marak justru bisa menjadi pengungkit atau pemicu infeksi HIV AIDS?

Iya kan dari awal memang mula-mula dulunya di sana. Saya kira edukasi yang berulang-ulang itu ternyata yang banyak orang merasa cukup, ternyata tidak cukup karena masih banyak yang tidak tahu mengenai penularan.

Apakah pasien-pasien HIV AIDS itu bisa direcovery atau disembuhkan dan bagaimana caranya dan kiatnya?

Dulu pada waktu kasus pertama meninggal tahun 1985-1986 semuanya meninggal dalam waktu 2-4 tahun karena belum ada obatnya. Tahun 1987 mulai ada obat 1 obat 2 dan ada obat 3 ketemu dan dikombinasikan maka selama minum obat teratur maka yang bersangkutan hidup normal bahkan bisa hidup lebih sehat dari umurnya.

Saya selalu tanya kepada pasien dibandingkan teman-teman mu yang seumur jauh lebih sehat karena disini kan diperiksa dokter kalau nggak minum obat diomelin.

Cukup banyak yang bisa amat sehat, sebagian rata-rata. Sebagian lagi putus obat. Sayangnya yang putus obat cukup banyak, putus obat yang banyak ini kemudian setelah 1 tahun, kondisinya menurun, sebagian lain meninggal dan sebagian lagi datang lagi, kemudian diberikan obat lini 2.

Untungnya pemerintah menyediakan obat Anti Retroviral (ARV) gratis seumur hidup. Jadi pasien-pasien, tapi itu mulainya 20 tahun lalu mulai kehabisan kemudian, awal-awal dulu tim saya, Prof Samsul Rizal punya ide di sini mahal, obat dari Amerika mahal banget waktu itu sekitar Rp4 jutaan.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved