Berita Belu Hari Ini
19 Tahun Menggeluti Usaha Tenun Ikat, Ermalinda Sebut Menenun Usaha yang Menjanjikan
Kelompok yang beranggotakan 20 orang itu merupakan kelompok tenun binaan Dekranasda Kabupaten Belu dan Dinas Perdagangan dan Perindustrian
Penulis: Teni Jenahas | Editor: Edi Hayong
Laporan Reporter POS KUPANG. COM, Teni Jenahas
POS KUPANG. COM, ATAMBUA- Ermalinda Nai Mau adalah pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang bergerak di bidang usaha tenun ikat. Ia adalah anggota Kelompok Tenun Bia Berek yang beralamat di Kuneru, Atambua, Kabupaten Belu, daerah perbatasan RI-RDTL.
Kelompok yang beranggotakan 20 orang itu merupakan kelompok tenun binaan Dekranasda Kabupaten Belu dan Dinas Perdagangan dan Perindustrian.
Ya, Kelompok Bia Berek ini juga pernah mendapat bantuan modal usaha dari Bank NTT Cabang Atambua.
Ditemui Pos Kupang.Com di Atambua, Kamis 14 Juli 2022, perempuan disapa Indah ini menuturkan, ia sudah bisa menenun sejak kecil.
Ia mulai menggeluti usaha tenun sejak tamat SMA tahun 2003. Tahun 2010, ia bersama beberapa penenun membentuk kelompok tenun yang dinamakan Bia Berek.
"Masih kecil saya sudah bisa menenun. Tamat SMA 2003 saya mulai dengan usaha menenun tapi belum bentuk kelompok. Kami bentuk kelompok tahun 2010. Nama kelompok Bia Berek", katanya.
Baca juga: 16 Mahasiswa Unwira KKN di Desa Duarato Kabupaten Belu
Sejak bergabung dalam kelompok, lanjut Indah, usaha tenun makin berkembang seiring dengan banyaknya pesanan.
"Kalau saya kebanyakan terima pesan dari atambua, Kupang, dari Jawa bahkan dari luar negeri, Timor Leste", ungkapnya.
Kata Indah, pembuatan kain tenun, apalagi dengan pewarna alam melewati beberapa proses dan memakan waktu. Mulai dari pemintalan benang, mewarna sampai menenun.
Khusus untuk menenun saja, dalam sebulan, Indah menenun tiga sampai empat lembar kain. Jika rata-rata harga satu lembar kain Rp 500 ribu maka pendapatannya berkisar Rp 1,5 juta - Rp 2 juta dalam waktu dua bulan.
Menurut Indah, tantangan dalam usaha tenun ikat antara lain pemasaran. Pola pemasaran secara tradisional memang agak susah dan produknya lama terjual.
Indah sendiri memanfaatkan media sosial FB sebagai sarana pemasaran atau penjualan produk tenun.
Baca juga: Pemerintah Kabupaten Belu Pendekatan Keluarga Sebagai Upaya Dini Cegah Bayi Stunting
Baginya, penjualan secara online melalui media sosial lebih cepat terjual dibandingkan dengan panjang di rumah atau di galeri kelompok.
"Penjualan lebih cepat itu lewat online dibandingkan jual di tempat galeri", katanya.