Polemik AGT

Kisah Member AGT Kupang : Diajak Mertua Ikut Lebel Rp 3.637.000, Akhir Juni 2022 Aplikasi Error 

Seorang warga Kota Kupang mengisahkan keikutsertaannya menjadi member AGT. Ia mengaku pertama kali diajak oleh mertuanya.

Penulis: Alfons Nedabang | Editor: Alfons Nedabang
POS-KUPANG.COM/HO
AGT - Logo Advanced Global Technology (AGT). Saat ini bisnis keuangan dengan aplikasi AGT diduga penipuan. Sekitar 10 ribu member yang merupakan warga NTT menjadi korban. 

Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Provinsi NTT Adevi Sabath Sofani menanggapi polemik AGT.

Menurut Adevi, masyarakat terbuai dengan keuntungan sehingga tidak mencari tahu informasi mengenai AGT. 

Baca juga: Aplikasi AGT Menggiurkan Warga Kota Kupang

"Banyak sekali masyarakat NTT yang terbuai dengan keuntungan-keuntungan semata namun rasa keingintahuannya tidak dicapai dan hanya terfokus pada keuntungan yang sangat sementara dan jangka pendek yang bisa langsung ditafsirkan masyarakat mengenai keuntungan dalam waktu satu hari atau satu bulan dan hal ini menjadi peringatan bagi masyarakat NTT," kata Adevi.

Adevi mengutip jargon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jika ingin berinvestasi maka harus menerapkan prinsip 2L, yakni Legal dan Logis.

Legal artinya terdaftar dan diawasi, diatur oleh undang-undang. Logis yang menjadi poin penting. Masyarakat kadang tidak mau menerima investasi yang logis.

"Maunya menerima investasi yang dalam sekejap bisa membuat langsung kaya. Maksud Logis itu perusahaannya jelas,produk yang diinvestasi ada underline-nya. Artinya dalam berinvestasi kita harus mengetahui jelas produk yang diinvestasikan. Kalau produknya mesin iklan, cari aja di google. Mesin iklan tuh apa sih? Nggak nemu definisi yang tepat, modelnya kayak gimana, nggak nemu."

Menurut Adevi, kalau investasi yang benar,di-googling saja menggunakan nama produknya,nanti definisinya akan muncul, undang-undangnya, peraturan OJK nya, serta portofolio.

Adevi menegaskan bahwa investasi bodong biasanya menawarkan keuntungan yang menggiurkan dalam waktu yang singkat tanpa memberi tahu resiko dari investasi itu sendiri. 

Adevi mengingatkan masyarakat NTT untuk selalu berhati-hati, ketahui dan kenali produk investasi yang diinvestasikan seperti yang selalu diedukasikan Bursa Efek Indonesia perwakilan NTT.

"Sayang banget gitu, uang yang kita perjuangkan dengan kerja, bisnis atau usaha lenyap hanya karena ketidaktahuan kita. itu yang bikin sedih, gitu ya," sesal Adevi. (oby lewanmeru/asti dhema)

 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved