Perang Rusia Ukraina

Johnson Serukan Pengiriman Senjata Jarak Jauh ke Ukraina saat Rusia Membuat Kemajuan Nyata di Donbas

Senjata jarak jauh canggih harus dikirim ke Ukraina saat Rusia memperoleh keuntungan di wilayah Donbas timur, kata PM Inggris Boris Johnson.

Editor: Agustinus Sape
Kantor Pers Kepresidenan Ukraina/ Tangkap layar Via CNN
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky (kiri) dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson di Kyiv, Ukraina 

Sergiy Haiday, gubernur regional Luhansk, mengatakan pasukan Rusia telah merebut sebuah kompleks hotel di daerah itu, tetapi pasukan Ukraina berjuang untuk merebutnya kembali.

“Situasinya tetap sulit, karena tentara Rusia telah mengerahkan semua kekuatannya untuk merebut wilayah Luhansk,” katanya.

“Pertempuran yang sangat sengit sedang terjadi di pinggiran Severodonetsk. Mereka hanya menghancurkan kota, mereka menembakinya setiap hari, menembak tanpa jeda.”

Artileri berat telah menjadi latar belakang konstan konflik di Donbas, dengan Rusia meluncurkan peluru jarak jauh ke sasaran Ukraina untuk mencegah serangan balik. Saat ini, Ukraina tidak dapat menandingi upaya artileri Rusia.

AS berencana untuk mengirim MLRS jarak jauh ke Kyiv sebagai bagian dari paket bantuan militer baru, kata para pejabat kepada CNN.

Saluran berita TV yang dikendalikan pemerintah Moskow mengatakan AS akan "melewati batas" jika Ukraina diberi senjata ini, yang mampu mencapai target sejauh 500 km.

Dalam pidato malamnya, Zelensky mengatakan serangan Moskow di Donbas dapat menyebabkan wilayah itu menjadi "tidak berpenghuni".

Sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, telah terjadi 8.691 korban sipil, dengan 3.998 orang tewas, menurut PBB.

Analis militer berpendapat bahwa pasukan Ukraina akan dapat mengalihkan konflik kembali ke kepentingan mereka dengan sistem rudal presisi yang disumbangkan barat.

Sumber: independent.ie

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved