Berita Manggarai Timur Hari Ini
Penuhi Ekonomi Keluarga, Pria di Matim Ini Setiap Hari Dorong Gerobak 10 Kilometer Jual Kayu Bakar
Meskipun terik matahari menyengati kulit, namun Siprianus tak patah semangat untuk pergi dan pulang berjalan kaki menempuh jarak sekitar 20 KM
Penulis: Robert Ropo | Editor: Edi Hayong
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Robert Ropo
POS-KUPANG, BORONG----Demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, Siprianus Da, warga Kampung Longko, Desa Bangka Kantar, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) membanting tulang dengan mendorong gerobak hingga sejauh 10 kilometer (KM) dari Kampung Longko menuju Kota Borong untuk menjual kayu bakar.
Bukan hanya saat pergi saja, Siprianus memilih mendorong gerobaknya dengan berjalan kaki, begitu juga saat pulang ke rumah.
Meskipun ada keluarga atau orang yang ingin membantunya tanpa ada biaya dengan menarik gerobak menggunakan sepeda motor, Siprianus tidak mau dan memilih untuk mendorong gerobaknya dengan berjalan kaki.
Baca juga: Ini Harga Tiket Pertandingan Arema FC vs PSIS Semarang Bisa Ditonton di Stadion
Siprianus tidak mau dibantu menggunakan sepeda motor karena takut gerobak miliknya itu rusak.
Siprianus sangat mencintai gerobaknya itu, karena dengan gerobak itu dapat membantunya untuk memperoleh sesuap nasi.
Pekerjaan ini dilakoni Siprianus pada setiap hari. Setiap hari dengan menggunakan gerobak, Siprianus membawa kayu api ke Kota Borong untuk menawarkan di pedagang rumah makan atau pun di Pasar Inpres Borong.
Baca juga: Simone Inzaghi Isyaratkan Timnya Inter Milan Bisa Bikin AC Milan Sakit Hati
Meskipun terik matahari menyengati kulit, namun Siprianus tak patah semangat untuk pergi dan pulang berjalan kaki menempuh jarak sekitar 20 KM.
Bahkan bukan hanya sekali, bisa dua kali dalam sehari Siprianus pergi ke Borong untuk menjual kayu bakar, artinya Siprianus mampu berjalan kaki mendorong gerobak menempuh jarak 40 kilometer.
"Saya setiap hari pergi jual kayu bakar di Borong dengan muat kayu bakar di atas gerobak. Bahkan saya bisa dua kali pada pagi sampai siang hari dan waktu siang hingga sore hari tergantung permintaan pembeli dan ketersediaan kayu bakar," ungkap Siprianus, Senin 16 Mei 2022 siang.
Baca juga: 5 Area Yang Umumnya Terjadi Saraf Terjepit dan Gejala Penyakitnya
Pekerjaan seperti ini Siprianus sudah jalani selama kurang lebih 15 tahun. Siprianus menjalankan ini tanpa ada mengeluh karena demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Siprianus saat ini memiliki tanggungan hidup sebanyak 5 orang yakni 3 orang anak dan 1 orang istri, dan dirinya sendiri.
"Sudah sekitar 15 tahun saya kerja begini, saya tidak pernah mengeluh dan rasa seperti biasa, kalau mau tidak kerja makan apa, karena kita harus kerja baru bisa makan. Setiap hari saya dapat hasil bisa Rp 100 ribu - Rp 150 ribu," Ungkap Siprianus.
Baca juga: Unwira Kupang Bantu Desain Pembangunan Kapela di Desa Boti, Kabupaten TTS
Bukan hanya jual kayu api, untuk memenuhi kebutuhan hidup, Siprianus juga menjadi buruh. Siprianus memikul hasil padi milik warga dari lahan sawah sebelah Kali Wae Bobo ke kampung Longko, Jawang, Lodos, dan Kampung Jengkok, jika ada yang ingin membutuhkan jasanya.
Jalan setapak yang dilalui pun cukup ekstrim, dengan topografi berupa tanjakan dan penuh jurang, namun hal ini tidak menyurutkan niatnya untuk berhenti dari jasa pikul itu. Siprianus mampu memikul sekali padi dengan berat 55 Kilogram (Kg).
"Saya biasanya pikul sesuai kemampuan saya, sebelum pikul saya timbang dulu berat tertinggi 55 Kg. Sehari saya bisa 4 kali pikul," ungkapnya.
Baca juga: Karel Burin Prihatin, Upah Tenaga KSO Pemda Lembata Sangat Rendah
Siprianus juga mengaku tidak mendapatkan bantuan langsung tunai (BLT) covid-19. "Saya tidak dapat bantuan BLT Covid itu, saya hanya dapat bantuan sembako saja, sebenarnya saya juga dapat BLT ini karena saya bukan pegawai atau pengusaha, saya ini orang tidak mampu,"tutup Siprianus. (*)