Berita Kupang Hari Ini
Seminar Pendidikan Nasional, Pater Piet Salu Ungkap Pendidikan Bermula Dari Rahim Ibu
Pendidikan tidak memerlukan berbagai definisi tetapi implementasi jaminan negara terhadap kesejahteraan
Penulis: Ray Rebon | Editor: Edi Hayong
Sebagai salah satu pembicara, Antonius mengatakan bahwa melewati masa muda pasti akan masuk ke usia tua atau menjadi orang tua.
Baca juga: Sogavare Kecam Australia, Sentil Istilah Halaman Belakang, Hormati Kami sebagai Negara Berdaulat
"Mau tidak mau, suka atau tidak suka sukses menjadi orang muda adalah keluar menjadi orang tua dan pada akhirnya harus jadi nenek dan kakek," ungkapnya.
Ia mengakui bahwa ada sebuah kecelakaan dimana para remaja saat ini terjerumus dalam kehidupan dunia Maia dan hal ini menyebabkan mereka menjadi Mayat walaupun masih sementara hidup.
"Saya maksudkan jadi mayat bukan putus napas. Jadi mayat ketika kamu masih bisa bernafas itu adalah suatu kebodohan. Bodoh berbuah ketakutan, kecemasan dan ketidakpastian. Hati-hati jangan sampai kamu tenggelam dalam dunia Maya," tegas Antonius
Menurutnya dunia maya yang saat ini digeluti merupakan sebuah kecelakaan hidup untuk segera menjadi mayat.
Baca juga: Warga Kota Kupang Berdomisili di Bantaran Sungai, Ini Solusi Anggota Dewan
"Kamu miskin artinya mayat yang gentayangan. Maka kamu yang masih muda manfaatkan tekhnologi dengan baik untuk tidak jadikan kamu mayat yang sementara hidup," jelasnya
Ia pun meminta para remaja mengisi waktu yang baik dimasanya, supaya masuk dalam dunia dewasa, orang tua maka kamu berdiri dilandasan remaja yang sukses. Apabika kamu tidak sukses jadi remaja atau orang muda maka kamu akan menjadi babysiter atau tidak berguna.
"Kamu orang muda yang berlandaskan pada jalan yang benar maka kamu akan jadi orang tua yang sukses," ungkapnya.
Pater Alex Jebadu, SVD sebagai salah tu narasumber mengatakan pendidikan ideal seharusnya membentuk manusia yang berkecedasan integral.
Baca juga: Siswa SMA/SMK Se Amarasi Siap Berjibaku di Turnamen Smansal Cup 2022
Menurutnya industri digitalisasi merupakan sebuah instrumen. "Saya lebih memaknai ilmu dibalik industri digitalisasi itu," ungkapnya.
Menurut observasinya, pendidikan yang dirancang oleh pemerintah Indonesia dari dahulu hingga sekarang tidak menyiapkan bagi anak-anak menjadi manusia seutuhnya terdiri atas jiwa maupun badan. Kurikulum pendidikan sebagian besar dirancang untuk mencerdaskan intelektual dan mengabaikan kecerdasan emosional cushion dan spiritual chusion.
"Ini diabaikan sementara manusia merupakan pribadi yang integral dan harus dibentuk mencapai manusia yang integral," jelasnya.
Baca juga: SD Kristen Setia Kuasaet, Potret Sarana Pendidikan di Kelurahan Pinggiran Kota Kupang
dr. Ignatius Bima Priambada menyampaikan banyak hal positif yang dapat dimanfaatkan oleh para remaja atau mahasiswa melalui alat-alat digital saat ini.
Namun kata dia manageman waktu sangat penting dalam penggunaan handphone maupun alat komunikasi lainnya.(*)