Berita Kupang Hari Ini

Seminar Pendidikan Nasional, Pater Piet Salu Ungkap Pendidikan Bermula Dari Rahim Ibu

Pendidikan tidak memerlukan berbagai definisi  tetapi implementasi jaminan negara terhadap kesejahteraan

Penulis: Ray Rebon | Editor: Edi Hayong
POS-KUPANG.COM/RAY REBON
SEMINAR - Kegiatan Seminar Pendidikan Nasional dengan tema Mendidik Generasi Muda di Era Digitalisasi di Niang Mose Convention Center Mekon, Desa Penfui Timur, Kabupaten Kupang, Rabu 4 Mei 2022 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon

POS-KUPANG.COM, KUPANG-- Pendidikan bagi anak bermula dari keluarga, lingkungan, juga negara menjamin tumbuh kembang anak sejak semula saat ibu mengandung. 

Kesehatan dan kondisi sosial dan ekonomi yang dihadapi ibu adalah awal mula pendidikan dan pembentukan karakter anak.

Hal ini disampaian salah satu naras sumber, Pater Piet Salu, SVD  dalam seminar secara luring dan daring pada Rabu 4 Mei 2022. Kegiatan bertajuk  "Mendidik Generasi Muda Pada Era Digitalisasi" yang dilakukan di Niang Mose Convention Center Mekon, Desa Penfui Timur, Kabupaten Kupang.

Menurut Pater Piet, pilihan menjadi orang tua adalah keputusan besar. Semua orang dapat berkeluarga namun tidak semunya pantas menjadi orang tua. Ia mempunyai alasan mengutarakan itu. 

Baca juga: Keluhan Mahasiswa Papua Usai Dipotong Beasiswanya, Saya Tinggal Ilegal di Selandia Baru Saat Ini

Menurutnya, rahim ibu adalah awal mulainya pendidikan. Secara iman katolik, kata dia, rahim adalah kenisah Roh Kudus. Kehidupan anak mulai perlu diperhatikan sejak dalam rahim. Semua hal yang dialami ibu menjadi pendidikan awal yang diterima janin.

Dikatakan Pater Piet, hal lain soal kondisi lingkungan, sikap keluarga atau perlakuan dari suami, kebiasaan buruk yang dilakukan ibu, sistem sosial dan patriarki yang mempengaruhi, kehadiran negara untuk menjamin akses kesehatan bagi ibu dan janinnya, semuanya adalah informasi pertama yang diterima anak.

"Perempuan mendidik anak dalam sembilan bulan dan ini menjadi tanggung jawab bagi semua pihak tidak hanya orang tua, gereja tetapi termasuk negara menjamin ibu hamil," jelasnya. 

Pendidikan tidak memerlukan berbagai definisi  tetapi implementasi jaminan negara terhadap kesejahteraan ibu dan anak. Pendidikan adalah hidup itu sendiri, segalanya adalah pendidikan, dan justru semakin pendidikan itu didefinisikan akan membuat kita tersesat.

Baca juga: Mobil Terjun Ke Jurang di Malaka Sedalam 3 Meter, Satu Orang Patah Tangan 

Sementara warga negara memang memiliki hak untuk berkeluarga. Maka untuk menjadi orang tua memerlukan kesiapan untuk mendidik anak dari segala segi bukan semata untuk mengandung hingga melahirkan saja.

"Karena itu bukan semua wanita adalah mama yang benar begitu pria tidak semuanya ayah yang baik. Pantaskah melahirkan seseorang," sebut dia. 

Kepala Sekolah SMAK Arnoldus Yansen Kupang ini menyebut pendidikan bagi anak bermula dari keluarga, lingkungan, juga negara menjamin tumbuh kembang anak sejak semula saat ibu mengandung. Kesehatan dan kondisi sosial dan ekonomi yang dihadapi ibu adalah awal mula pendidikan dan pembentukan karakter anak.

Pater Piet Salu menyampaikan pilihan menjadi orang tua adalah keputusan besar. Semua orang dapat berkeluarga namun tidak semuanya pantas menjadi orang tua. 

Baca juga: Strategi Baru AS Berusaha Mempersenjatai Jepang Melawan China

Pendidikan tidak memerlukan berbagai definisi  tetapi implementasi jaminan negara terhadap kesejahteraan ibu dan anak. 

Ia menyebut orang tua yang tidak berpendidikan tetapi dapat menjaga janin dan membesarkan dengan kehidupan. Hal itu dapat didukung dengan didikan dari keluarga, kehidupan ekonomi yang cukup, mental dan kondisi sosial mempengaruhi anak sejak dalam kandungan.
   
Kesempatan yang sama, Owner Niang Mose Convention Center Mekon Porat Antonius menyampaikan bahwa menjadi muda tidak akan abadi, menjadi anak dan mahasiswa pun tidak abadi, karena segala sesuatu yang ada pasti ada waktunya.

Sebagai salah satu pembicara, Antonius mengatakan bahwa melewati masa muda pasti akan masuk ke usia tua atau menjadi orang tua.

Baca juga: Sogavare Kecam Australia, Sentil Istilah Halaman Belakang, Hormati Kami sebagai Negara Berdaulat

"Mau tidak mau, suka atau tidak suka sukses menjadi orang muda adalah keluar menjadi orang tua dan pada akhirnya harus jadi nenek dan kakek," ungkapnya.

Ia mengakui bahwa ada sebuah kecelakaan dimana para remaja saat ini terjerumus dalam kehidupan dunia Maia dan hal ini menyebabkan mereka menjadi Mayat walaupun masih sementara hidup.

"Saya maksudkan jadi mayat bukan putus napas. Jadi mayat ketika kamu masih bisa bernafas itu adalah suatu kebodohan. Bodoh berbuah ketakutan, kecemasan dan ketidakpastian. Hati-hati jangan sampai kamu tenggelam dalam dunia Maya," tegas Antonius

Menurutnya dunia maya yang saat ini digeluti merupakan sebuah kecelakaan hidup untuk segera menjadi mayat.

Baca juga: Warga Kota Kupang Berdomisili di Bantaran Sungai, Ini Solusi Anggota Dewan

"Kamu miskin artinya mayat yang gentayangan. Maka kamu yang masih muda manfaatkan tekhnologi dengan baik untuk tidak jadikan kamu mayat yang sementara hidup," jelasnya

Ia pun meminta para remaja mengisi waktu yang baik dimasanya, supaya masuk dalam dunia dewasa, orang tua maka kamu berdiri dilandasan remaja yang sukses. Apabika kamu tidak sukses jadi remaja atau orang muda maka kamu akan menjadi babysiter atau tidak berguna.

"Kamu orang muda yang berlandaskan pada jalan yang benar maka kamu akan jadi orang tua yang sukses," ungkapnya.

Pater Alex Jebadu, SVD sebagai salah tu narasumber mengatakan pendidikan ideal seharusnya membentuk manusia yang berkecedasan integral.

Baca juga: Siswa SMA/SMK Se Amarasi Siap Berjibaku di Turnamen Smansal Cup 2022

Menurutnya industri digitalisasi merupakan sebuah instrumen. "Saya lebih memaknai ilmu dibalik industri digitalisasi itu," ungkapnya.

Menurut observasinya, pendidikan yang dirancang oleh pemerintah Indonesia dari dahulu hingga sekarang tidak menyiapkan bagi anak-anak menjadi manusia seutuhnya terdiri atas jiwa maupun badan. Kurikulum pendidikan sebagian besar dirancang untuk mencerdaskan intelektual dan mengabaikan kecerdasan emosional cushion dan spiritual chusion.

"Ini diabaikan sementara manusia merupakan pribadi yang integral dan harus dibentuk mencapai manusia yang integral," jelasnya.

Baca juga: SD Kristen Setia Kuasaet, Potret Sarana Pendidikan di Kelurahan Pinggiran Kota Kupang

dr. Ignatius Bima Priambada menyampaikan banyak hal positif yang dapat dimanfaatkan oleh para remaja atau mahasiswa melalui alat-alat digital saat ini.

Namun kata dia manageman waktu sangat penting dalam penggunaan handphone maupun alat komunikasi lainnya.(*)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved