Perang Rusia Ukraina

Dampak Invasi Rusia ke Ukraina: Rupiah Anjlok IHSG Merosot

Perang Rusia - Ukraina mengganggu psikologis pasar dan akhirnya terjadi aksi panic selling dari investor.

Editor: Alfons Nedabang
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi uang rupiah 

"Gap antara harga minyak yang ditetapkan APBN dengan riil di lapangan saat ini terlalu jauh, sehingga ada pembengkakan subsidi energi signifikan," kata Bhima.

Karena itu, dirinya mendesak pemerintah lakukan APBN perubahan untuk menyesuaikan kembali beberapa indikator, termasuk juga nilai tukar rupiah dan inflasi.

Baca juga: Ketakutan dan Ketenangan di Antara Warga Ukraina Saat Invasi Rusia Dimulai

Menurut dia, inflasi bisa lebih tinggi dari perkiraan dan pemerintah bisa lakukan antisipasi, seperti melakukan tambahan dana pemulihan ekonomi nasional (PEN).

"Tambahan dana PEN, yang sebagian mencakup stabilitas harga pangan dan energi ke dalam komponen anggaran PEN. Sebab, ini serius mengancam sekali terhadap pemulihan ekonomi di 2022," pungkas Bhima.

Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah ke level Rp 14.391 dari penutupan sebelumnya di level Rp14.337 per dolar AS. Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup melemah direntang Rp14.370 hingga Rp14.420 per USD.

Baca juga: Ukraina Klaim Tembak Jatuh 5 Jet Tempur dan Satu Helikoter Saat Serbuan Pertama Pasukan Rusia

Menurut Bhima, invasi Rusia ke Ukraina akan menimbulkan instabilitas dan tentunya merugikan proses pemulihan dan moneter di Indonesia, karena juga bertepatan dengan tapering off dan kenaikan suku bunga di negara-negara maju.

Dampak kedua adalah efek dari harga komoditas, di mana minyak mentah sudah tembus di atas 100 dolar Amerika Serikat (AS) per barel.

Bhima menambahkan, kenaikan harga minyak akan meningkatkan inflasi dan membuat biaya logistik hingga barang-barang kebutuhan pokok lebih mahal.

"Efeknya adalah harga kebutuhan pokok semakin meningkat, daya beli semakin rendah, dan subsidi energi membengkak cukup signifikan," pungkasnya.

Baca juga: Umat ​​Katolik Ukraina di Roma Harapkan Kritik yang Lebih Keras terhadap Rusia dari Vatikan

Keuangan Pemerintah

Pengamat keuangan Ariston Tjendra mengatakan, dampak perang Rusia dan Ukraina akan mengerek harga-harga barang konsumsi, sehingga daya beli masyarakat tergerus dan ekonomi akan terganggu.

Menurut dia, pemerintah Indonesia juga mesti ekstra waspada karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) jadi taruhannya jika tidak antisipasi langkah invasi Rusia ke Ukraina.

"Keuangan pemerintah pasti akan terganggu. Penerimaan bisa turun karena penurunan pertumbuhan ekonomi," ujarnya.

Selain itu, pengeluaran atau belanja negara bisa bertambah, karena pemerintah akan mengambil langkah-langkah stimulus untuk membantu masyarakat.

Baca juga: Rusia Bombardir Pangkalan Udara Militer Ukraina, 8 Orang Tewas

Lebih lanjut, Ariston mengungkapkan, bila perang di Eropa Timur semakin meluas, ini akan mendorong pasar menarik diri dari aset-aset berisiko, termasuk Indonesia.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved