Berita Kupang Hari Ini

Setahun Pasca Seroja, Warga Kota Bertaruh Nyawa di Batang Sepe

Sudah hampir setahun badai siklon Seroja menerpa Nusa Tenggara Timur, Kota Kupang khususnya

Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/IRFAN HOI
JEMBATAN--- Salah satu warga saat melintas di jembatan dari batang sepe di Kelurahan Nunleu, Kota Kupang 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

POS-KUPANG.COM, KUPANG-- Sudah hampir setahun badai siklon Seroja menerpa Nusa Tenggara Timur, Kota Kupang khususnya. Masih banyak fasilitas umum belum juga diperbaiki. Warga masih berharap, Pemerintah bisa segera menangani itu semua.

Ada 34 Kepala Keluarga (KK) di Kota Kupang, kesehariannya menggantungkan segala aktivitas pada sebatang pohon sepe sebagai penghubung dan jalur keluar masuk wilayah setempat.

Batang pohon sepe hampir 12 meter itu, 'hadiah' dari badai Seroja bagi warga di RT 8 RW 2 Kelurahan Nunleu Kota Kupang. Sebenarnya sudah ada jembatan sebelum tapi hancur diterjang banjir sewaktu Seroja.

Jembatan penghubung itu akses paling cepat warga di bantaran kali itu menuju ke wilayah Kelurahan Kuanino. Selain warga dewasa, anak-anak sekolah juga melewati jalur yang sama tiap hari. Anak-anak ke sekolah, juga ke tempat ibadah.

Baca juga: Dana Bagi Tim Teknis Bantuan Seroja Kota Kupang Dianggarkan Tahun Ini Pada Perubahan Anggaran

Warga setempat enggan pilih jalur lain sebab akan memakan waktu. Selain tempat tinggal yang langsung dibibir kali, untuk masuk ke wilayah itu, warga harus mendaki melawati tebing yang curam. Warga dikepung potensi bencana bila longsor atau banjir.

Jembatan darurat ala badai Seroja dari batang pohon sepe tergeletak persis dibelakang toilet milik Elisa Tloen, dan berada dibelakang rumah Marten Luter Tameon. Keduanya merupakan warga setempat.

Jembatan dengan tinggi hampir 10 meter itu cukup curam. Arus sungai dan bebatuan menganga tepat dibawa. Ada kayu lapuk yang dipaku warga pada sisi batang pohon sepe sebagai pegangan agar tetap seimbang dan tidak jatuh.

Baca juga: Jefri Riwu Kore Dampingi Herman Hery dan Ansy Lema Bagi Bantuan Korban Bencana Seroja Kota Kupang

Elisa Tloen membenarkan rutinitas itu terus berlangsung pasca Seroja. Berprofesi sebagai pemulung, pria empat anak itu mengaku tiap hari melintas diatas jembatan darurat itu sembari memikul barang bekas yang ia kumpulkan.

"Hujan deras juga terpaksa lewat," kata dia, beberapa waktu lalu.

Sementara itu, warga lain, Luter Tameon melewati jembatan sepe saat sore tiba. Dia harus menyebrang demi menyiapkan
gerobak martabak sebelum memulai penjualannya di dekat BPR Central Pitoby.

Batang pohon sepe itu licin, maklum hujan sedang mengguyur. Luter terus melangkah pasti, pegangan disisnya menjadi tumpuan ia, berharap tidak ada kejadian lain ketika melintas.

Dia lebih merasa iba dengan belasan anak sekolah diwilayah itu. Tiap hari dalam keterpaksaan menyusuri jalur curam untuk ke sekolah. Beruntung, kekhawatiran dia tidak berujung bahaya pada anak-anak. Demikian, dia terus berharap kejadian berbahaya tidak terjadi.

Pada musim panas, kali mengering. Tentu itu ada harapan dan rasa khawatir akan bahaya surut seiring debit air yang turun. Warga dan anak-anak bisa menyebrang dengan leluasa tanpa ketergantungan.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved