Berita Nasional

Sekarang Jadi Jenderal, Tapi Dulu Dudung Abdurachman Jadi Penjual Kue dan Loper Koran, Simak Ini

KSAD Jenderal Dudung Abdurachman kini jadi bahan perbincangan publik setelah memeluk wisudawan Poltekd. Ternyata keduanya punya kisah hidup yang sama.

Editor: Frans Krowin
Tribunnews.com
KSAD, Jenderal Dudung Abdurachman memberikan penjelasan tentang pernyataannya yang menyebut Tuhan bukan orang Arab. 

Sementara sang wisudawan Poltekad tersebut, menjadi penjual gorengan di pinggir jalan dan kuli angkut sayur di pasar.

Baca juga: Jenderal Dudung Tak Marah Dilaporkan ke Puspom AD Tapi Melontarkan Pernyataan Mematikan, Simak Ini

Mereka lakukan itu semua sebelum dan sesudah pergi ke sekolahnya untuk menafkahi ibu dan adik2nya setelah ayah mereka wafat.

Kesamaan pengalaman masa lalu yang penuh perjuangan itulah, yang mungkin mendorong KASAD untuk secara spontan menghampiri sang wisudawan dan memeluknya.

Saat mereka sekolah, mereka bukan hanya berjuang untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk orang lain, yakni menafkahi ibu dan adik-adiknya.

Kita tak bisa memilih di keluarga mana kita dilahirkan, tapi kita punya banyak pilihan bagaimana menjalani hidup kita." tulis Addie MS dalam captionnya.

Dalam video tersebut, tampak seorang wisudawan Poltekad menyampaikan pidatonya yang membuat banyak orang merasa terenyuh.

Di hadapan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Dudung Abdurrachman, mahasiswa itu mengungkapkan rasa terima kasih.

"Kami tidak pernah membayangkan kami dapat bertemu langsung dan diwisuda oleh Bapak KSAD.

Hal ini merupakan suatu kebanggaan bagi kami sekaligus pengalaman yang tidak akan kami lupakan," kata mahasiswa itu.

Momen itu terjadi saat Jenderal Dudung berkunjung ke Poltekad di Batu, Malang, Jawa Timur, pada Kamis 3 Februari 2022 lalu.

Dia menghadiri wisuda 50 Bintara Mahasiswa Diploma 4 Angkatan III Politekad.

"Mohon izin Bapak, bagi saya pribadi ini adalah kehormatan dalam hidup saya, mengingat saya berasal dari keluarga yang sangat sederhana," kata wisudawan tersebut.

Baca juga: Arvindo Noviar Sebut KSAD Alami Kriminalisasi oleh Oknum Ulama: Yang Berulah Gerombolan Itu-Itu Saja

Wisudawan itu bercerita, ayahnya telah meninggal sejak dirinya kelas satu SMK.

"Kemudian saya melanjutkan sekolah dan hidup dengan berjualan gorengan di pinggir jalan untuk menafkahi ibu dan kedua adik saya," kata dia.

Wisudawan itu mengaku harus berjualan gorengan sepulang sekolah hingga jadi kuli angkut sayur di pasar.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved