Kompor Biommasa

Saatnya Kembali ke Kompor Biomassa Pengganti Minyak Tanah

Pengolahan sampah biomassa tersebut akan menghasilkan pelet TOSS yang berfungsi untuk bahan bakar kompor biomassa.

Editor: Alfons Nedabang
POS-KUPANG.COM/HO-ARIEF NOERHIDAYAT
Uji coba kompor biomassa pengganti minyak tanah di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. 

Bagi Supriadi, sampah (organik dan biomassa) adalah sumber energi terbarukan. Sedangkan jenis energi yang dihasilkan dari matahari, angin, panas bumi, air adalah suatu jenis energi yang terberikan.

Baca juga: Undana Siapkan Bahan Bakar Biomassa Kerja Sama dengan PLN

Dengan kondisi geografis, sosial-kemasyarakatan, hingga sumber daya manusia, maka Supriadi meyakini bahwa pengelolaan sampah di sumbernya menjadi bahan bakar terbarukan (renewable fuel) akan lebih efektif dan ekonomis bila dilakukan skala komunal. Teori dasarnya adalah 1000 x 1 = 1 x 1000.

Dalam konsep pengelolaan sampah menjadi bahan bakar terbarukan (renewable fuel), maka dapat diterjemahkan "menyolusikan sampah 1000 ton di 1 lokasi sama dengan menyelesaikan sampah 1 ton di 1000 lokasi".

Dalam kaitannya dengan energi kerakyatan khususnya kompor, "membuat 1000 kompor di 1 pabrik sama dengan membuat 1 kompor di 1000 kepala keluarga".

Chief Executive Officer (CEO) Startup Company Comestoarra.com, Arief Noerhidayat mengatakan bahwa agar dapat mengimplementasikan konsep kompor biomassa untuk masyarakat di Kabupaten Ende, maka langkah yang harus dilakukan adalah mengimplementasikan teknologi tepat guna.

Baca juga: Uskup Ende Apresiasi Pemanfaatan Faba dan Inovasi TOSS Ende

"Kami sudah melakukan uji coba kompor biomassa, bahkan melakukan sejumlah pengembangan sejak Kami menjalankan TOSS di Bali, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Barat pada 2017- 2019. Dan sejak kami berada di Kabupaten Ende, kami melihat bahwa kompor biomassa sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karenanya kami mencoba membuat kompor biomassa dengan bahan plat besi. Lalu kami mencoba membuat kompor dari tanah liat," papar Arief.

"Walaupun biayanya terjangkau, tapi tidak semua desa memiliki sumber tanah liat. Akhirya Kami menemukan ide tentang bagaimana membuat kompor yang murah dan mudah diproduksi masyarakat. Caranya adalah dengan membuat molding stove (cetakan kompor) biomassa dari plat agar masyarakat mudah untuk mencetak kompor tersebut," terangnya.

Baca juga: Para Ketua RT di Kabupaten Ende Hidupkan TOSS

Cetakan kompor biomassa yang dikembangkan Startup Company Comestoarra.com memang dibuat untuk memudahkan masyarakat dalam memproduksi kompor.

Walaupun dengan bahan semen dan pasir atau tanah liat, tapi kompor biomassa tersebut menggunakan konsep Top Lead Up Draft Gasification.

Disinilah tantangan Startup Company Comestoarra.com untuk membuat desain cetakan kompor yang mudah digunakan oleh masyarakat tanpa harus mendalami aspek matematika dan fisika dari kompor tersebut.

"Bagi saya, teknologi yang canggih belum tentu tepat guna. Tapi teknologi tepat guna pasti mengimplementasikan teknologi yang canggih," ujar Arief.

Arief menambahkan bahwa esensi dari teknologi adalah membantu masyarakat dalam menyolusikan permasalahannya. "Dan teknologi bukan hanya hardware atau software, tapi juga transfer knowledge yang dilakukan dengan proses capacity building," ujar Arief.

Berita ini berdasarkan keterangan tertulis dari Chief Executive Officer (CEO) Startup Company Comestoarra.com, Arief Noerhidayat yang dikirim kepada Tribunnews.com.  (*/aca)

Sumber: Pos Kupang
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved