Kompor Biommasa
Saatnya Kembali ke Kompor Biomassa Pengganti Minyak Tanah
Pengolahan sampah biomassa tersebut akan menghasilkan pelet TOSS yang berfungsi untuk bahan bakar kompor biomassa.
POS-KUPANG.COM - Setelah mendukung sejumlah uji coba hingga komersialisasi co-firing di PLTU, Pemerintah Kabupaten Ende melalui Dinas Lingkungan Hidup bersama Startup Company Comestoarra.com dan NGO Anak Cinta Lingkungan (ACIL) akan mendampingi masyarakat dalam pemanfaatan Teknologi Olah Sampah di Sumbernya (TOSS) sebagai bahan bakar terbarukan (renewable fuel).
TOSS akan menyolusikan permasalahan sampah di Kabupaten Ende yang didominasi oleh sampah biomassa seperti ranting, daun, rerumputan, alang-alang, hingga limbah pertanian dan perkebunan yang beberapa kali mengakibatkan banjir di sejumlah lokasi, khususnya di Kota Ende.
Pengolahan sampah biomassa tersebut akan menghasilkan pelet TOSS yang berfungsi untuk bahan bakar kompor biomassa dimana akan mensubstitusi minyak tanah yang mahal dan langka.
Baca juga: Amankan Pasokan Biomassa: Sinergi 3 BUMN Mewujudkan Indonesia yang Lebih Ramah Lingkungan
Selain itu pelet TOSS juga akan membantu masyarakat untuk mengurangi penggunaan kayu bakar akibat mahal dan langkanya minyak tanah tersebut.
Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ende, Haris Abdul Madjid, Pemerintah Kabupaten Ende sedang berkoordinasi dengan kementerian terkait untuk bantuan beberapa unit TOSS sesuai Detail Engineering Design/RDF skala komunal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Sambil menunggu proses, maka langkah yang dilakukan selama 6 bulan ke depan adalah menggencarkan sosialisasi dan capacity building kompor biomassa berbahan bakar ranting dan kayu cacahan yang selama ini tidak dimanfaatkan oleh masyarakat.
"Kalau sebelumnya kita fokus pada peletnya, sekarang kita fokus pada kompornya," tegas Haris.
Baca juga: Soal Co-firing Biomassa di NTT, Komisi IV DPRD Akan Minta Penjelasan PLN
Ia menambahkan bahwa saat ini, Pemerintah Kabupaten Ende juga mendapatkan solusi penyediaan kompor dari kolaborasi Startup Company Comestoarra.com dan ACIL, dimana tercipta suatu molding stove (cetakan kompor) yang dapat mencetak kompor biomassa dari bahan tanah liat atau semen dan pasir.
Ketua ACIL, Umar Hamdan mengatakan bahwa untuk bisa menyolusikan permasalahan sampah biomassa, maka hal utama yang harus dilakukan adalah membuat masyarakat yakin bahwa sampah biomassa tersebut dapat dimanfaatkan untuk energi.
"Dengan kondisi minyak tanah yang mahal dan langka saat ini, masyarakat benar-benar membutuhkan energi yang murah dan bersih. Kompor biomassa inilah yang akan menjadi solusi ketersediaan energi dengan memanfaatkan sampah biomassa. Bukan hanya pelet, namun juga ranting-ranting dan juga cacahan kayu yang melimpah di Kabupaten Ende," terangnya.
Baca juga: Pemprov Dukung PLN Kembangkan Co-firing Biomassa di NTT, Simak Penjelasan Kadis ESDM
Umar Hamdan menambahkan bahwa ketika masyarakat sudah mengetahui manfaat, maka selanjutnya program TOSS yang telah menjadi program bupati Ende sejak 2020, akan mudah disosialisasikan kepada masyarakat.
"Semuanya butuh proses. Pemerintah melalui Dinas LIngkungan Hidup tidak bisa sendiri. Semua elemen masyarakat harus bergerak bersama-sama. Apalagi kabupaten Ende sudah mendapatkan perhatian yang sangat baik dari pemerintah pusat dan dunia internasional," lanjut ketua ACIL.
Cetakan Kompor Biomassa
Teknologi Olah Sampah di Sumbernya (TOSS) adalah suatu inovasi yang digagas oleh Dr Ir Supriadi Legino, MM, MBA, MA, yang pernah menjabat sebagai Direktur PT PLN (Persero) pada periode 2008-2010.
Supriadi juga pernah memimpin Sekolah Tinggi Teknik PLN (STT PLN) selama 2 periode. Ide dasar dari TOSS adalah bagaimana sampah dapat dikelola secara komunal dan dapat dikonversi menjadi energi terbarukan.
