Pembunuhan Ibu dan Anak
Ketuk Hati Tokoh Agama Untuk Bersuara Keadilan, Aliansi Peduli Kemanusiaan Kunjung MUI NTT
aliansi Peduli Kemanusiaan dipimpin Ketua Aliansi, Kristo Kolimo. Mereka mendatangi kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prov NTT
Penulis: Ray Rebon | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ray Rebon
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Aliansi peduli kemanusiaan kembali menggelar aksi untuk mencari keadilan kepada korban dugaan pembunuhan Astri Manafe dan Lael.
Aksi kali ini tidak turun ke jalan untuk demonstrasi namun rombongan aliansi mendatangi lembaga agama di Kota Kupang yakni GMIT Sinode dan MUI Provinsi NTT.
Tujuan kedatangan aliansi adalah mengetuk hati lembaga agama agar bisa terlibat menyuarakan keadilan di NTT.
Baca juga: Pemprov NTT Minta Hentikan Polemik Pelantikan Wabup Ende Erik Rede
Semua kejanggalan dalam memproses kasus ini menurut aliasi terdapat 41 kejanggalan dan itu semua sudah dilampirkan ketika menyerahkan kepada pimpinan agama usai audiens.
Disaksikan POS-KUPANG.COM, Rabu 2 Februari 2022, aliansi Peduli Kemanusiaan dipimpin Ketua Aliansi, Kristo Kolimo. Mereka mendatangi kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi NTT.
Ketua Aliansi, Kristo Kolimo menegaskan terdapat dua poin penting dalam pokok-pokok pikiran yang menjadi tuntutan aliansi yakni menuntut lembaga agama berbicara dan mendesak penyidik polda NTT agar bekerja perlahan-lahan, lebih profesional, jujur adip dan tanpa diskriminasi.
Baca juga: Saham Hanya 1 Persen, Pemprov NTT Tidak Bisa Berbuat Banyak Soal KSO PT Semen Kupang
Pihaknya juga menuntut agar lembaga agama menyatakan sikap agar tidak ada pihak-pihak yang mengintervensi terhadap proses penegakan kasus ini sehingga tidak ada lagi kasus yang sama dikemudian hari.
"Kami sampaikan apresiasi kepada pihak yang sudah bersedia menemui kami. GMIT menerima data kami untuk adakan pertemuan bersama. Lalu MUI sudah nyatakan sikap dan kami sangat bersukur untuk itu", katanya.
Ketua MUI NTT, H Makaromad S. Wongso mengatakan kegelisahan ini bukan saja kegelisahan keluarga atau aliansi saja namun juga menjadi kegelisahan bersama masyarakat NTT.
Baca juga: Ini Rincian Anggaran Belanja Negara untuk Pemprov NTT Tahun 2022
Dalam pokok pikiran saat menerima audiensi aliansi peduli kemanusiaan mengatakan masalah kemanusiaan ini bukti penyimpangan kasih sayang oleh hawa nafsu.
"Hewan saja punya empati dan kasih sayang, pelakunya itu lebih kejam dari binatang dan tidak memiliki perikemanusiaan, dan itu perbuatan syaithon," ujarnya.
"Kita (MUI) dan semuanya mengutuk keras kejadian ini. Kita punya hukum, dan harus ditegakkan seadil-adilnya," tambahnya menegaskan.
Baca juga: Lama Tak Ada Kabar, Pemprov NTT ke Pubabu TTS Usik Warga Setempat
Ia mengaku percayakan para penyidik, jaksa dan hakim untuk memproses kasus sesuai mekanisme dan SOP dalam penyelesaian kasus sudah ada, dan kita berharap untuk masalah ini pihak kepolisian, kejaksaan dan pengadilan lebih memprioritaskan.
Semakin lama, lanjutnya, kasus ini semakin meresahkan publik. Keluarga memiliki hak untuk mendapatkan keadilan, publik juga demikian. Itu bukti kecintaan semua pihak atas naluri kemanusiaan dan kehambaan sehingga diharapkan para pihak berwenang menyegerakan penuntasan kasus ini.
Disebutkan, sebab semakin lama bisa menimbulkan bias interpretasi, akan ada kecurigaan dan bisa meresahkan publik. Bahkan bukan lagi keluarga korban tapi publik, karena itu bukti solidaritas dan kemanusiaan.
Baca juga: Pemprov NTT Berencana Bangun Pabrik Semen di Kupang
"Sebelum energi kita teralihkan untuk atasi keresahan keluarga dan publik, mari kita mengawal dan mendoakan agar pihak penegak hukum segera merampungkannya", bebernya.
Kepada masyarakat, ia mengimbau agar lebih tenang dan bijaksana dalam merespons kasus ini.
Dalam semua agama mengajarkan kebaikan, cinta dan kasih sayang. Ini perbuatan syaithon terkutuk, selain keadilan dunia, pelakunya juga pasti akan dituntut keadilan di akhirat.
"Apapun kejahatan, sekecil biji zarah sekalipun pasti Allah membalasnya, demikian pula sebaliknya. (QS. Al-Zalzalah ayat 7-8)", kutip Makaromad Wongso.
Baca juga: OTK Merusak Fasilitas Umum di SMA Negeri Oenopu-TTU, Begini Kondisinya
Kristo Kolimo mengatakan pihaknya sudah melakukan kunjungan dan menyampaikan kepada tokoh agama untuk mengetuk pintu hati
Daud Lian, pihak keluarga bersama dengan aliansi mendatangi kantor MUI Prov NTT untuk mengetuk hati para pemuka agama agar mendampingi kasus kemanusiaan ini.
Kasus kematian ibu dan anak itu dilakukan secara keji namun menurutnya pemuka agama belum menunjukan diri untuk membantu mengusut tuntas dan adanya keadilan kemanusiaan.
Baca juga: Pemprov NTT Sidak Pasar, Jelang Natal dan Tahun Baru 2021
"Kami mengetuk hati para pimpinan, pemuka agama, tidak hanya GMIT namun juga MUI juga akan didatangi. Sehingga tidak ada isu sara dan lainnya," katanya.
Menurutnya, dengan adanya campur tangan atau oerhatian dari tokoh agama agar tidak terjadi kejadian2l-kejadian yang sama dikemudian hari.
"Kalau keadilan ini tidak ditegakan maka ini akan menjadi peluang untuk pelaku lain dalam melancarkan aksinya yang sama," katanya.
"Untuk sebuah keadilan, kita akan perjuangkan sampai kemanapun itu. Kalau bisa naik ke Tuhan kami akan lakukan itu," ujarnya.