Berita Nasional

Ahok Bakal Tersudut, Belang Buzzer Piaraan Saat Pilgub DKI Kini Terbongkar, Modusnya Menjijikan

Kabar itu mengungkapkan bahwa momen suksesi itu, buzzer yang beranggotakan hampir 100 orang terlibat aktif mendukung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.

Editor: Frans Krowin
Tribunnews.com
Ahok calon kuat Kepala Otorita Ibu Kota Baru Indonesia di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. 

POS-KUPANG.COM - Hawa politik di Tanah Air terkait Pilgub DKI Jakarta dan Pilpres 2024, kini semakin panas.

Salah satunya, kini menyerang Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang kini mengemban tugas sebagai Komisaris Utama Pertamina.

Hawa kontroversial itu mengungkap modus operandi tim Ahok yang dulunya bekerja untuk memenangkan Ahok di Pilgub DKI Jakarta tahun 2017 lalu.

Dalam kabar tersebut terungkap bahwa pada momen suksesi tersebut, buzzer yang beranggotakan hampir 100 orang terlibat aktif mendukung Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Para buzer itu tak saja menebar pesona positif Ahok tetapi juga menebar aroma negatif rival politik Ahok.

Dan, praktik tak sehat Buzzer Ahok tersebut, dibongkar oleh media harian berpengaruh di Inggris, The Guardian.

Salah satu media ternama di Inggris itu mengupas kisah Aleks tentang sepak terjang buzzer Ahok pada Pilgub DKI 2017 lalu.

Sebagaimana dilansir dari Tribunpekanbaru.com, terungkap cerita Alex, seorang buzzer yang dikerahkan untuk mendukung Ahok selama Pilkada DKI.

Baca juga: PDI-P Terus Beri Sinyal ke Ahok soal Kepala Otorita IKN, Keputusan Jokowi Dinanti

Dalam penuturannya Alex mengungkapkan bahwa dirinya merupakan bagian dari puluhan buzzer yang dibayar oleh Ahok.

Para buzer itu beraktivitas di sebuah rumah mewah di Menteng. Di tempat itu disiapkan puluhan perangkat komunikasi berupa Hp dan laptop.

Melalui perangkat-perangkat itulah buzzer Ahok mengendalikan ratusan akun media sosial palsu.

Tujuannya ada dua. Pertama, menyerang lawan-lawan Ahok. Berikutnya, menaikkan pamor Basuki Tjahaja Purnama di mata publik.

Akun-akun palsu yang dikelola itu, kata Alex, dibuat seolah-olah akun asli.

Diberi foto profil yang seolah-olah nyata adanya, padahal bohong.

Kebanyakan foto profil juga adalah wanita-wanita cantik.

Agar akun tersebut terlihat seperti asli, akun-akun palsu itu juga memosting berbagai aktivitas normal.

Seperti status jatuh cinta, foto kuliner , foto tempat liburan dan lain-lain.

“Lantas di saat berperang, kita menggunakan apa pun yang tersedia untuk menyerang lawan,” kata Alex dari sebuah kafe di Jakarta Pusat.

"Tetapi terkadang saya merasa jijik dengan diri saya sendiri.” tambahnya.

Baca juga: Sekjen PDIP Hasto Kristianto Sinis Anies Baswedan, Bandingkan dengan Kepemimpinan Jokowi-Ahok

Dalam menjalankan aktivitasnya sebagai buzzer, Alex mengelola lima akun Facebook, lima akun Twitter, dan satu Instagram.

“Mereka menyuruh kami untuk merahasiakannya. Mereka mengatakan itu adalah 'waktu perang' dan kami harus menjaga medan pertempuran dan tidak memberi tahu siapa pun tentang tempat kami bekerja.” sebutnya.

Pilkada Jakarta sendiri waktu itu diikuti oleh Ahok, seorang beretnis keturunan Tionghoa, lalu Agus Yudhoyono, putra mantan Presiden RI dan mantan menteri pendidikan, Anies Baswedan.

Alex mengatakan timnya dipekerjakan untuk melawan banjir sentimen anti-Ahok, termasuk menaikan tagar yang mengkritik kandidat lawan.

Tim Alex, terdiri dari beberapa mahasiswa yang dibayar sekitar sekitar 280 dolar AS atau Rp 4,5 juta per bulan.

Mereka bekerja di sebuah rumah mewah di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.

Setiap hari, mereka diminta untuk memposting 60 hingga 120 konten dalam sehari di akun Twitter palsu mereka, lalu belasan di Facebook.

Alex mengatakan, timnya yang terdiri dari 20 orang,

Masing-masing dengan 11 akun media sosial, akan menghasilkan hingga 2.400 postingan di Twitter sehari.

Untuk mengkordinasikan aktivitas buzzer tersebut, Alex dan kawan-kawannya menghimpun diri dalam grup WhatsApp yang disebut Pasukan Khusus.

Di dalam grup itu tergabung sebanyak 80 anggota.

Grup itu setiap saat membahas tema yang mereka garap dan tagar harian untuk dipromosikan.

Di Facebook, mereka bahkan membuat beberapa akun dengan menggunakan foto profil aktris asing terkenal, yang entah kenapa tampaknya adalah penggemar fanatik Ahok.

Dari rumah mewah tempat mereka beroperasi, kata Alex, mereka bekerja dari beberapa kamar.

“Ruang pertama untuk konten positif, di mana mereka menyebarkan konten positif tentang Ahok. Ruang kedua untuk konten negatif, penyebaran konten negatif dan ujaran kebencian tentang oposisi,” kata Alex.

Baca juga: Ahok Disinggung Dalam Dialog Jokowi-Mega Soak Kepala IKN Nusantara , Sinyal Mantan Gubernur DKI Kuat

Ia sendiri mengaku memilih ruang positif.

Banyak dari akun tersebut hanya memiliki beberapa ratus pengikut.

Tetapi dengan membuat tagar tren, seringkali setiap hari, mereka secara artifisial meningkatkan visibilitas di berbagai platform sosial media itu.

Dengan memanipulasi Twitter, mereka memengaruhi pengguna nyata dan media massa Indonesia,

Hal ini dikarenakan, trending di berbagai plaform media sosial itu acapkali dijadikan acuan sebagai barometer mood nasional.

Pradipa Rasidi, pekerja Transparency International di Indonesia yang meneliti media sosial selama Pilkada Jakara pernah melakukan wawancara dua buzzer Ahok yang berbeda.

Dalam penjelasannya kepada Guardian, Pradipa mengatakan, apa yang dilakukan dua buzzer yang diwawancarainya, sama seperti yang dijelaskan Alex.

Namun, ketika Guardian mencoba untuk mewawancarai kedua buzzer itu, mereka menolak untuk memberi keterangan. 

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang digadang-gadang jadi Kepala Otorita Ibu Kota Negara di Kalimantan Timur
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang digadang-gadang jadi Kepala Otorita Ibu Kota Negara di Kalimantan Timur (Tribunnews.com)

Ahok Calon Kuat Kepala IKN di Kalimantan

Nama Basuki Tjahaja Purnama BTP alias Ahok kembali menjadi pembicaraan sebagai kepala ibu kota negara yang baru di Kalimantan Timur

Kemneterian BUMN pun memberi tanggapan mengenai hal sosok Ahok sebaai bakal calon Pemimpin di Ibu Kota Baru nanti tersebut

Untuk diketahui, publik kini ramai-ramai menyebut nama Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai calon yang pantas menjadi Kepala Otorita Ibu Kota Baru.

Nama Ahok muncul setelah sebelumnya Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengumumkan nama Ibu Kota Baru secara resmi.

Hal tersebut disampaikan Suharso dalam rapat Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang Ibu Kota Negara (RUU IKN) DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin 17 Januari 2022.

Baca juga: Jokowi dan PDIP Beri Sinyal Ahok Jadi Kepala Otorita Ibu Kota Negara Nusantara

"Ini saya baru mendapatkan konfirmasi dan perintah langsung dari Bapak Presiden yaitu pada hari Jumat. Jadi sekarang hari Senin, hari Jumat lalu, dan beliau mengatakan ibu kota negara ini namanya Nusantara," kata Suharso dikutip dari tayangan Kompas Tv, Selasa 18 Januari 2022.

Kendati demikian, hingga saat ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum memberikan keputusan siapa bakal calon yang akan memimpin pemerintahan ibu kota baru ini.

Jika memang akhirnya Ahok terpilih menjadi Kepala Otorita Ibu Kota Baru, lantas bagaimana posisi Ahok di Pertamina?

Mengutip Kompas.com, jauh sebelum memutuskan nama Nusantara, Jokowi telah menyebutkan empat calon nama kepala pemerintahan setingkat provinsi itu.

Empat nama calon kepala otorita Ibu Kota itu yakni mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang kini menjabat sebagai Komisaris Utama Pertamina.

Kemudian mantan Bupati Banyuwangi yang baru saja dilantik sebagai Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), Abdullah Azwar Anas.

Juga Bambang Brodjonegoro, mantan Menteri Riset dan Teknologi.

Termasuk satu orang lagi yakni mantan Direktur Utama Wijaya Karya (WIKA), Tumiyana.

"Kandidat memang banyak. Satu, Pak Bambang Brodjonegoro, dua Pak Ahok, tiga Pak Tumiyana, empat Pak Azwar Anas," ungkap Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin 2 Maret 2020.

Ahok Bisa Pemimpin Ibu Kota Baru?

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga sebelumnya sempat nyinggung soal nama Ahok yang digadang-gadang akan menjadi kepala Otorita Ibu Kota Baru.

Arya menjelaskan bagaimana nasib jabatan Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) jika Ahok benar-benar terpilih menjadi kepala pemerintahan di tempat itu.

Pasalnya, saat ini yang menjabat sebagai Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) adalah Ahok.

Baca juga: Seteru Ahok Tantang KSAD Dudung Abdurachman, Coba Bandingkan KKB Papua dengan Baliho Rizieq Shihab

Jika memang Ahok benar-benar dipilih sebagai kepala Otorita Ibu Kota Baru, kata Arya, pihaknya akan melihat kondisi terlebih dahulu.

“Selama aturan enggak ada yang dilanggar, kita masih berjalan biasa saja, sambil melihat kondisi yang ada,” kata Arya kepada Kompas.com, Kamis 5 Maret 2020.

Profil Ahok

Mengutip Tribunnews.com, pemilik nama lengkap Basuki Tjahaja Purnama ini merupakan mantan Gubernur DKI Jakarta.

Ahok ditunjuk sebagai Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) sejak tanggal 22 November 2019.

Lahir pada 29 Juni 1966, Ahok telah menempuh masa pendidikan yang panjang.

Pada tahun 1989, ia telah menyelesaikan pendidikannya di jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Trisakti hingga mendapatkan gelar Insinyur.

Ahok juga telah menyelesaikan pendidikan lanjutannya ditingkat magister dengan gelar Master Manajemen di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya, 1994.

Karir Basuki Tjahaja Purnama antara lain:

- Anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode (2004)

- Bupati Belitung Timur periode (2005)

- Anggota DPR RI (2009), Wakil Gubernur DKI Jakarta (2012)

- Gubernur DKI Jakarta (2014)

(*)

Artikel ini telah tayang dengan judul: TERUNGKAP, Buzzer Ahok Dibayar Rp 4 Juta Sebulan, Beroperasi dari Rumah Mewah

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved