Berita NTT

DAI NTT Komit Kawal Kesehatan dan Kesejahteraan Anak di NTT

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Nusa Tenggara Timur berkomitmen mengkawal kesehatan dan kesejahteraan

Editor: Ferry Ndoen
POS-KUPANG.COM/HO-POS-KUPANG.COM
Pamflet acara Podcast Pos Kupang dengan narasumber Ketua IDAI NTT, dr. Woro Inari Padmosiwi, Sp. A dan dipandu oleh host jurnalis Pos Kupang, Eflin Rote. Jumat 28 Januari 2022. 

Host: Kalau Diare dokter, apakah sama penyebabnya dengan demam berdarah?

Ketua IDAI: Tentu tidak ya. Kalau demam berdarah itu kan dengue ya, nyamuk. Virus dengue melalui vektor nyamuk.  Kalau diare dari Lotavirus itu memang penularannya mudah saat musim hujan ini. Dan itu misalnya mencret, dibawa segera ke dokter, minum yang cukup/oral

 Kalau belum sempat ke dokter tidak ada oralit, boleh larutan gula walaupun yang kita harapkan adalah oralit karena disitu ada zat elektrolit yang biasanya sewaktu diare itu keluar jadi kita harus ganti dengan yang mudah adalah oralit.

Host: kalau untuk diwilayah NTT sendiri, apakah diare ini masih atau seperti apa dokter?

Ketua IDAI: Masih cukup tinggi, tapi pas musim hujan ya. Kalau soal terlambat dibawa ke faskes semuanya termasuk demam berdarah dan diare semuanya tetap fatal. Apalagi kalau sudah dehidrasi yang berat, kalau tidak ditangani dengan segera ya tentu akan fatal juga.

Host: apakah orang tua yang memiliki pendidikan atau kesadarannya bagus, apakah mempunyai pengaruh kesehatan anak?

Ketua IDAI: sebenarnya tentu mempengaruhi ya. Namanya pendidikan kan mempengaruhi juga pengetahuan cara membesarkan dan mendidik anak-anak. Tentu berpengaruh, tapi untuk presentasinya saya sendiri tidak terlalu tauh ya berapa persen yang mempengaruhi itu.

Host: IDAI mendukung program kementerian kesehatan. Dukungannya seperti apa dokter, wujud nyatanya?

Ketua IDAI: Jadi mungkin kita melanjutkan program-program, seperti tadi AMPSR, jadi kita mengaudit penyebab meninggalnya ibu dan bayi. Kenapa bisa meninggal, kita cari penyebabnya apa, dipengaruhi oleh apa dan kita benahi disitu. Jadi kita benahi penyebabnya, meninggal karena SDMnya atau fasilitasnya atau hal lain. Jadi kita audit itu untuk mencari solusi dan memecahkan masalah. Jadi bukan mencari atau menyalahkan orang ya, jadi fokusnya ke solusi.

Selain itu kita juga melakukan program lanjutan, jadi dokter anak itu memberi penjelasan di Kabupaten-Kabupaten atau di puskesmas untuk bagaimana kita mencegah bayi dan ibunya tidak meninggal dan bagaimana solusinya. Selain itu kita juga melakukan pelatihan-pelatihan  untuk membantu misalnya P2M, di Dinkes, atau Bapelkes untuk membantu bidan dan perawat dan dokter bagaimana menangani gawat darurat.

Host: Untuk di NTT, apa tantangan yang dihadapi IDAI dalam menghadapi dan melakukan sosialisasi beberapa program yang sudah direncanakan dan menggandeng dinas kesehatan?

Ketua IDAI: NTT ini kan kepulauan ya, ini yang memang agak susah untuk melakukan itu. Terutama untuk transportasi untuk mencapai kesana. Tantangannya yang kita sampaikan ke pemerintah agar bikin jalan lebih bagus supaya kita sosialisasi kegiatan kita dan kalaupun ada masalah-masalah rujukan segera cepat ditindaklanjuti. Karena tantangannya itu sering kali keterlambatan rujukan, ini bukan karena tidak mau merujuk tapi jalan dari sana ke sini ini yang bisa memperlambat. Kita juga kepulauan, punya banyak sungai yang mungkin jembatan belum ada, terputus lah pas musim hujan itu kendala yang sering kali kita hadapi. Akhirnya, pas sampai ditujuan kondisi bayi tidak bisa tertolong.

Selain jalan, pemerintah provinsi dan kabupaten harus bisa menyiapkan cukup dana untuk melatih bidan-bidan maupun dokter umum maupun perawat di fasilitas kesehatan karena banyak juga pengetahuan mereka yang menyusut, mungkin di sekolah masih segar dan kalau tidak dilatih lagi bagaimana kita menangani keadaan darurat pada bayi dan anak tentunya sulit. Jadi mohon, tantangannya dana sih belum cukup. Jadi memang banyak yang sudah dilatih menyusut ilmunya, yang lain belum dilatih akhirnya berakibat pada penanganan bayi dan anak-anak tidak optimal.

Jadi misalnya jembatan putus saat rujukan, bayi tidak menangis, harusnya bidan bikin bayi menangis dengan dilatih. Kendalanya kan tidak semua dilatih, karena mungkin dananya tidak cukup.

Tribuners: stunting menjadi masalah di NTT. Apa upaya yang harus dilakukan kedepannya untuk mengentaskan stunting pada anak di NTT?

Halaman
1234
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved