Berita NTT
Gereja Harus Proaktif Mencegah Warganya Agar Tidak Tertimpa Bencana
Pada saat bencana Transportasi sangat dibutuhkan oleh warga karena untuk pengiriman dan atau pengadaan logistic terutama kebutuhan pokok seperti beras
POS-KUPANG.COM- ''Adalah mulia ketika gereja menolong warganya yang tertimpa bencana namun jauh lebih mulia jika gereja dengan sikap proaktifnya mencegah warganya untuk tidak tertimpa bencana“, demikian cuplikan materi Cerama Sub Tema Pelayanan GMIT tahun 2022 dari Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan,M.Th, MA, Dosen Pasca Sarjana Universitas Kristen Artha Wacana Kupang pada Persidangan Majelis Klasis Semau, di Gereja GMIT Kanaan Akle, tanggal 26 Januari 2022, yang dilayani oleh Pdt. Sisca Foek-Ballo, S.Th.
Yang diperlukan disini menurut Doktor lulusan Universitas Heidelberg Jerman ini adalah bagaimana gereja mampu menolong masyarakat untuk dapat bangkit kembali dari segala bencana yang mereka alami.
Mengutip Sherrieb (Sherrieb et al, 2010) Dethan mengatakan ada empat kemampuan masyarakat yang dibutuhkan untuk “bangkit kembali’ dari stres berat, yakni yang mencakup empat kapasitas adaptif berupa pertama, Pembangunan Ekonomi, kedua, Modal Sosial, ketiga, Informasi dan keempat, Komunikasi.
Kemampuan masyarakat untuk bangkit seringkali terhambat karena kemampuan lembaga-lembaga pendamping dan penolong (pemerintah, LSM dan termasuk gereja) yang belum memainkan peranannya secara maksimal.
Namun saya mau menambahkan satu kemampuan mayarakat yang ternyata penting tetapi tidak disebutkan oleh Sherrrieb dan kawan-kawan yakni soal transportasi.
Pada saat bencana Transportasi sangat dibutuhkan oleh warga, karena untuk pengiriman dan atau pengadaan logistic terutama kebutuhan pokok seperti beras.
Jika tranportasi terputus, suplay beras kepada masyarakat akan sangat berpengaruh dan ini yang dialami ketika Seroja berlangsung pada 5 dan 6 April lalu, masyarakat tidak punya akses ke Kupang selain kapal-kapal tidak jalan, juga banyak pohon yang tumbang di jalan sehingga praktis lumpuh.
Perhatian pemerintah untuk mengatasi masalah transportasi ini sangat penting.
“Terimakasih untuk ide transportasi ini yang saya peroleh dari hasil percakapan dengan sopir Nikson Nau, yang menjemput kami dari Pelabuhan dan mengantar kami ketempat persidangan ini”, kata Dethan.
Menurut Mesakh Dethan, mantan Wartawan Pos Kupang Pencetus Rubrik Tapaleuk ini, sub Tema pelayanan Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) 2022 dapat dipahami sebagai sebuah doa atau pun harapan pemulihan dari Tuhan yaitu “Ya Roh Kudus, Bangkitkanlah Kami dari Dampak Bencana” (band. Roma 8:11).
Oleh karena itu di tengah-tengah bencana, gereja tidak boleh berdiam diri.
Rumusan tema mengambil bentuk permohonan kepada Roh Kudus agar membangkitkan gereja dan komunitas dari kecemasan, ketakutan, trauma, dan dukacita akibat bencana.
Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mengajarkan bahwa orang percaya diminta untuk lebih bersikap proaktif dari pada bersikap reaktif ketika mereka berhadapan dengan bencana.
Tampak hadir dalam Persidangan Klasis ini selain Dosen Pascasarjana UKAW (Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan), juga Ketua Kaum Bapak Tingkat Sinode GMIT (Dr. Rodialek Pollo), Sekbid UPP Pemuda dan Kaum Bapak, Pdt. Piet Tameno, M.Th, Camat Semau Selatan, Para Kepala Desa dan Kepala Sekolah SD Negeri Semau, Tokoh adat, tokoh perempuan dan pemuda yang ada di Pulau Semau, Kapolsek Semau. (*)
